Kamis, 11 Oktober 2012

Sejarah Logika


BAB 1
P E M B A H A S A N

A.    Masa Yunani Kuno
Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta.
Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif.
Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu.
Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta, yang menurut Aristoteles disimpulkan dari:
ü  Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati)
ü  Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia
ü  Air jugalah uap
ü  Air jugalah es
Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah arkhe alam semesta.
Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah merintis dan memberikan saran-saran dalam bidang ini.
Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme.
Pada 370 SM-288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum, melanjutkan pengembangn logika.
Istilah logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno dari Citium 334 SM-226 SM pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi logika terjadi pada masa Galenus (130 M-201 M) dan Sextus Empiricus 200 M, dua orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.

Terdapat 5 aliran besar dalam logika, yaitu : 

1.        Aliran Logika Tradisional
Logika ditafsirkan sebagai suatu kumpulan aturan praktis yang menjadi petunjuk pemikiran.
2.        Aliran Logika Metafisis
Susunan pikiran itu dianggap kenyataan, sehingga logika dianggap seperti metafisika. Tugas pokok logika adalah menafsirkan pikiran sebagai suatu tahap dari struktur kenyataan. Sebab itu untuk mengetahui kenyataan, orang harus belajar logika lebih dahulu. 
3.        Aliran Logika Epistemologis
Dipelopori oleh Francis Herbert Bradley (1846 - 1924) dan Bernard Bosanquet (1848 - 1923). Untuk dapat mencapai pengetahuan yang memadai, pikiran logis dan perasaan harus digabung. Demikian juga untuk mencapai kebenaran, logika harus dihubungkan dengan seluruh pengetahuan lainnya.
4.        Aliran Logika Instrumentalis (Aliran Logika Pragmatis)
Dipelopori oleh John Dewey (1859 - 1952). Logika dianggap sebagai alat (instrumen) untuk memecahkan masalah.
5.        Aliran Logika Simbolis
Dipelopori oleh Leibniz, Boole dan De Morgan. Aliran ini sangat menekankan penggunaan bahasa simbol untuk mempelajari secara terinci, bagaimana akal harus bekerja. Metode-metode dalam mengembangkan matematika banyak digunakan oleh aliran ini, sehingga aliran ini berkembang sangat teknis dan ilmiah serta bercorak matematika, yang kemudian disebut Logika Matematika (Mathematical Logic). G.W. Leibniz (1646 - 1716) dianggap sebagai matematikawan pertama yang mempelajari Logika Simbolik.  

B.    Logika sebagai matematika murni
Logika masuk ke dalam kategori matematika murni. Matematika adalah pendekatan logika kepada metode ilmu ukur yang menggunakan tanda-tanda atau simbol-simbol matematik (logika simbolik). Logika tersistematisasi dikenalkan oleh dua orang dokter medis, Galenus (130-201 M) dan Sextus Empiricus (sekitar 200 M) yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.
Puncak logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970).

C.    Macam-macam logika
Ø  Logika alamiah
Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir. Logika ini bisa dipelajari dengan memberi contoh penerapan dalam kehidupan nyata.
Ø  Logika ilmiah
Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran, serta akal budi.
Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah, dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau, paling tidak, dikurangi.



PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Setelah penjelasan-penjelasan diatas,  Penyusun dengan segala keterbatasannya mencoba untuk membuat kesimpulan sebagai berikut :

1.        Logika Matematika atau Logika Simbolis memiliki sifat yang sama dengan Logika Klasik untuk menyelesaikan suatu persoalan.
2.        Logika simbolis atau logika matematika atau logika klasik dapat dipakai untuk persoalan yang kepastian benar dan salahnya tidak terganggu gugat oleh persoalan di luar persoalan yang menjadi pusat perhatian. Keputusan yang ingin di ambil hanya antara ya dan tidak atau antara benar dan salah. Kita cukup melihat dari sudut pandang yang kita mau lalu memodelkannya dengan simbol-simbol pada logika matematika.



DAFTAR PUSTAKA

Jan Hendrik Rapar. Pengantar Logika. ISBN 979-497-676-8. Penerbit Kanisius, 1983. 
Alex Lanur OFM. Logika Selayang PandangISBN 979-413-124-5 Penerbit Kanisius, 1983.
Abdul halim fathani. Matematika hakikat dan logika. 979-25-4521-2 .Jogjakarta: Ar-Ruzzmedia, 2009.


Jumat, 27 April 2012

Tujuan Dan Bahan Penulisan


BAB XI
TUJUAN DAN BAHAN PENULISAN

Sasaran Belajar
Setelah mempelajari materi bab ini, mahasiswa diharapkan mampu :
1.     Merumuskan tujuan penulisan dalam bentuk tesis;
2.     Merumuskan tujuan penulisan dalam bentuk pertanyaan maksud;
3.     Mengemukakan sumber bahan berupa inteferensi dan pengalaman;
4.     Menjelaskan beberapa cara memperoleh inferensi;
5.     Menjelaskan penggunaan kartu informasi dalam bentuk kutipan, parafrase, rangkuman, dan ulasan.

1.        Pendahuluan
Penyusunan karangan ilmiah diperlukan adanya rumusan tujuan penulisan rumusan tujuan penulisan dalah suatu gambar tau perencanaan menyeluruh yang akan mengarahkandi dalam penulisan selanjutnya. Dengan menentukan tujuan penulisan, maka dapat diketahui apa yang harus dilakukan pada tahap penulisan, bahan apa yang diperlukan, organisasi karangan macam apa yang akan diterapkan, dan mungkin juga sudut pandang apa yang akan dipilih. Penentuan tujuan merupakan penentuan yang pokok yang akan mengarahkan dan membatasi penentuan-penentuan khusus yang akan dilakukan selanjutnya.
Tujuan penullisan dapat dinyatakan dengan dua cara, yaitu :
(1)   Dalam bentuk tesis, dan
(2)   Dalam bentuk pernyataan maksud.
Jika tulisan itu akan mengembangkan gagasan yang merupakan tema seluruh tulisan, maka dapat dinyatakan dalam bentuk tesis. Tetapi, jika suatu tulisan itu tidak mengembangkan gagasan serupa itu, maka tujuan itu dinyatakan dalam bentuk pernyataan maksud.
2.        Tujuan penulisan dalam Bentuk Tesis
Tesis ialah perumusan singkat yang mengandung tema dasar dari sebuah karangan. Sebuah tesis adalah sebuah kalimat yang merupakan kunci untuk seluruh tulisan. Fungsi tesis bagi sebuah  karangan adalah  sama seperti kalimat topik atau kalimat utama utama bagi sebuah alinea (paragraf). Secara formal tesis dapat dibatasi sebagai berikut : tema yang bentuk satu kalimat dengan topik dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi yang bertindak  sebagai gagasan sentral kalimat tadi
Contoh berikut ini memperlihat kan bagaimana membuat perumusan dari tesis  itu, dan kedudukan topik dan tujuan yang bertindak sebagai gagasan utama kalimat itu.
Topik        :   Pendidikan pada zaman Penjajahan dan Dewasa ini.
Tujuan      :   Menunjukkan perbedaan antara kedua sistem pendidikan tersebut.
Tesis         :   perbedaan antara sistem pendidikan dewasa ini  dapat dilihat dari beberapa aspek,  natara lain dari aspek atau segi politik,kebudayaan, sosial dan ekonomi.
Tesis di atas menyampaikan kepada pembaca bahwa  topik dari karangan itu mempersoalkan pendidikan pada zaman penjajahan dan pendidikan sesudah memeperoleh kemerdekaan.  selanjutnya tesis itu juga menunjukkan bahwa perbedaan antara kedua sistem pendidikan itu dapat di lihat dari sekurang-kurangnya empat segi, yaitu : politik, kebudayaan,sosial, dan ekonomi.
Contoh lain sebuah tesis :
Tesis       Sistem pendidikan di Indonesia dewasa ini dirasakan tidak sesuai lagi dengan kebutuhan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang modern sehingga perlu  diperbaiki/diperbarui.
Tesis diatas memberitahukan kepada para pembaca bahwa uraian selanjutnya mengenai sistem pendidikan yang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan bangsa dan perlunya pembaruan sistem tersebut. Jadi, dari kalimat itu pembaca dapat memperkirakan bahwa uraian selanjutnya akan mencakup : (1) sistem pendidikan di Indonesia dewasa ini ditinjau dari kebutuhan bangsa Indonesia sebagai bangsa ynag modern, dan (2) kearah Pembaruan sistem pendidikan di Indonesia.
Untuk menghasilkan tesis yang baik dan efektif, maka suatu tesis hendaknya terbatas, mengandung kesatuan dan ketetapan. Sebuah tesis dikatakan terbatas, bila sudah ditetapkan pendekatan mana yang harus dipergunakan, bagian mana yang boleh diuraikan secara mendetail, dan bagian mana yang sama sekali tidak boleh. Tesis yang terbatas juga akan membatasi sampai dimana pembahasan akan dilakukan. Tesis seperti “ Banyak kekayaan tersimpan di lautan Indonesia “ adalah contoh tesis yang umum, tidak cukup terbatas. Tesis ini mungkin dapat dipecahkan ke dalam beberapa tujuan.
Contoh
Tesis (umum) : Banyak kekayaan tersimpan di lautan Indonesia
Terbatas :     1).  Di perairan Indonesia banyak hidup tiram muiara yang mungkin dapat dibudidayakan.
                            2).  Lautan Indonesia meru[akan sumber energi potensial di masa mendatang.
                     3).  Jika dibandingkan dengan kekayaan di daratan, kekayaan di lautan Indonesia belum banyak dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia.
Sebuah tesis yang baik harus memiliki kesatuan. Yang dimaksud dengan kesatuan adalah hanya terbatas satu gagasan sentral dalam tesis itu. Oleh sebab itu tesis hanya boleh mengambil bentuk kalimat tunggal atau kaliamat majemuk bertingkat, bukan kalimat majemuk setara.
Contoh :
Tesis     :     Sistem studi terpimpin mempunyai beberapa kelemahan yang menonjol
Sebuah tesis harus memiliki syarat keteepatan, sebuah tesis harus dirumuskan dengan kata-kata yang hanya boleh mengandung satu interpretasi. Sebab itu, rumusan sebuah tesis harus mempergunakan kata-kata yang lebih khusus dan menghindari frase-frase ynag umum.

3.        Tujuan Penulisan dalam Bentuk Pernyataan Maksud
Di atas telah diuraikan, tesis hnaya terdapat di dalam tulisan ynag mengembangan gagasan secara dominan. Karangan yang mengembangkan gagasan sentral perlu mempergunakan tesis. Akan tetapi karangan yang mengandung maksud-maksud tertentu, tidak bermaksud mengembangkan sebuah gagasan sentral, harus dirumuskam dengan penyataan maksud. Jadi, karangan yang dirumuskan dengan mempergunakan pernyataan/pengungkapan maksud bertujuan untuk memberi suatu gambaran atau mengungkapkan atau kesan, misalnya tema-tema mengenai kenang-kenangan, autobiografi, deskripsi, dan narasi semuanya tidak bermaksud untuk mengembangkan sebuah gagasan sentral. Tetapi tulisan – tulisan semacam itu dapat dirumuskan ke dalam pernyataan/pengungkapan maksud.
Perhatikan contoh berikut ini bagaimana merumuskan sebuah pengungkapan maksud.
Topik      :   Kebiasaan-kebiasaan kampus
Tujuan    :   Menggambarkan dan mengadakan penilaian terhadap beberapa kebiasaan kampus yang paling populer.
Pernyataan/Pengungkapan Maksud :
Dalam uraian ini penulis akan berusaha menggambarkan dan mengadakan penilaian terhadap beberapa kebiasaan kampus yang paling populer, sehingga dapat dijadikan pegangan sejauh mana kita boleh mengikuti atau menolak kebiasaan-kebiasaan semacam itu.
Dengan merumuskan sebuah pernyataan/Pengungkapan maksud, maka gamabaran dan ingatan kita kepada kejadian atau persoalan itu akan menjadi lebih hidup, sehingga membangkitkan semangat kita sebagai penulis untuk merangkaikan kata-kata yang lebih tepat. Pembaca harus merasakan juga peristiwa/kejadian seperti yang dirasakan oleh penulis dalam pengungkapannya. Kata-kata atau ungkapan-ungkapan ynag biasa dipergunakan oleh penulis untuk pernyataan/pengungkapan maksud, seperti : akan menggambarkan, akan menguraikan, akan mengemukakan, akan menceritakan, atau semacamnya.
Perhatikan contoh-contoh pernyataan/pengungkapan maksud di bawah ini :
1)        Saya akan menceritakan apa yang kulihat, kudengar, dan kurasakan tentang keganasan gerombolan yang merajalela di kampung kami beberapa tahun lampau, agar pembaca dapat membayangkan betapa kecemasan dan ketakutan senantiasa memagut diri kami detik demi detik, siang dan malam.
2)        Dalam makalah ini akan menguraikan bagaimana pujian dapat meningkatkan motivasi belajar anak-anak SD
3)        Penulis ingin mengemukakan peristiwa-peristiwa ynag mendahului pecahnya Perang Diponegoro.
4)        Tujuan makalah ini ialah membahas perbedaan pandangan politik tokoh X dan Y mengenai tindakan pemerintah Z terhadap gerilyawan.
5)        Apa yang menyebabkan kenakalan remaja pada umumnya? Penulis akan mengemukakan tiga hal yang erat hubungannya dengan pendidikan keluarga.
Contoh-contoh pernyataan/pengungkapan maksud di atas tidak hanya mengungkapkan tujuan penulis, melainkan juga menunjukkan arah pengembangan karangan selanjutnya. Pernyataan ini sekaligus mencakup struktur tulisan dan bahan yang diperlukan.

4.        Bahan Penulisan
Jika tujuan penulisan sudah jelas, maka dapat ditentukan bahan atau materi penulsian, macamnya, dan beberapa luasnya. Yang dimaksud dengan bahan Penulisan ialah semua informasi atau data yang dipergunakan untuk mencapai tujuan penulisan. Data tersebut mungkin merupakan contoh-contoh perincian atau detail, perbandingan, sejarah kasus, fakta, hubungna sebab akibat, pengujian dan pembuktian, angka-angka, kutipan, gagasan, dan sebagainya ynag dapat membantu dalam mengembangkan topik.
Bahan penulisan dapat dikumpulkan, baik pada tahap prapenulisan maupun pada tahap penulisan. Untuk suatu masalah kecil yang tujuannya sudah jelas dalam pikiran, maka penetapan dan pengumpulan bahannya dapat dilakukan pada tahap penulisan. Tetapi untuk suatu karangan besar seperti skripsi kesarjanaan, bahannya harus dikumpulkan lebih dahulu sebelum tahap penulisan yang sebenarnya dimulai. Mungkin memerlukan bahan dari beberapa sumber informasi, bahkan mungkin harus mengadakan pengamatan atau penelitian yang membutuhkan waktu yang lebih lama.

5.        Sumber Bahan Penulisan
Sebagian besar dari bahan penulisan dapat diperoleh dari dua sumber utama, yaitu inferensi dan pengamatan. Inferensi ialah kesimpulan atau nilai-nilai yang ditarik dari pengamatan. Inferensi itu kemudian akan menjadi bagian dari pengalaman dan mungkin menjadi dasar penarikan inferensi baru. Pengalaman ialah semua pengetahuan yang dapat diperoleh melalui persepsi indrawi. Pengalaman itu mungkin bersumber pada pengalaman yang langsung, atau dari bacaan, atau studi kepustakaan.
Seseorang dapat melakukan pengamatan  secara cermat dengan berlatih diri melihat suatu objek lebih teliti dari jarak yang lebih dekat. Dalam hal ini tentu saja diperlukan konsentrasi dan minat yang memadai. Jika tidak memiliki perhatian dan minat terhadap detail sesuatu, maka hanya akan menangkap ketentuan umum yang kerap kali kurang jelas. Dengan demikian seseorang juga tidak akan menggunakan diksi yang spesifik untuk detail tertentu di dalam tulisan itu. Misalnya sesudah  pengamatan kesehatan anak-anak nelayan di suatu desa nelayan, kita hanya mengemukakan kesimpulan bahwa kesehatan mereka tidak memuaskan. Tidak dikemukakan misalnya penyakit apa yang terdapat dikalangan anak-anak itu, penyebabnya, beberapa persen yang meninggal akibat penyakit itu, dan sebagian. Akan tetapi, yang harus diingat bahwa detail bahwa detail itu saja dikemukakan sesuai dengan tujuan penulisan.
Bahan yang diperoleh dari pengalaman, dapat dipakai sebagai unsur inferensi. Inferensi itu mengandung unsur pemikiran subjektif penulis. Jadi, merupakan karya pribadi penulis itu berdasarkan bahan asli.
Infrenbsi dapat diperoleh dengan cara analisis  atau sistesis . analsis ialah proses penguraian sesuatu kedalam bagian-bagian, sedangkan sistesis ialah prose penggabungan kembali bagian-bagain yang terpisahkan kedalam suatu kebulatan baru.
Contoh     :   Seorang siswa SMA mencoba menghafalkan sanjak yang cukup panjang. Mula-mula ia mempelajari bait demi bait, kemudian antara bait-bait lalu diperhatikannya sebagai urutannya. Akhirnya ia dapat menghafalkan sanjak tersebut dan mendeklarasikannya dengan baik.
Pekerjaan memecahkan sanjak kedalam bait dan baris kemudian mempelajari/menelaah, merupakan contoh analisis. Bagian-bagian yang sudah dipahami dengan jelas itu kemudian disentesiskan, yaitu dengan menghafalkan dan mendeklarasikan sebagai suatu sanjak yang utuh.
Sumber bahan yang penting, disamping pengamatan langsung ialah pengamatan tak langsung melalui bacaan. Proses yang terjadi pada pengamatan ini lebih kompleks. Pada waktu membaca, sesorang akan berhadapan dengan dua macam pengamatan, yaitu pengamatan penulis dan pengamatan sendiri. Disamping itu juga akan menghadapi dua inferensi, yaitu inferensi penulis berdasarkan pengalamnya, dan inferensi yang dilakukan berdasarkan atas bacaan. Yang penting di sini ialah bagaimana tanggapan tentang bacaan itu. Tanggapan tersebut mungkin berupa interpretasi, yaitu memebrikan arti terhadap bacaan. Atau berupa kritis, yaitu jika memberikan penulaian terhadap.

6.        Kartu Informasi
Kartu informasi, ialah kartu yang dipakai mencatat bahan-bahan yang diperoleh dari berbagai sumber. Pengaturan ini perlu dilakukan terutama dalam persiapan penulisan karya ilmiah yang cukup besar seperti : tesis, disertai, atau karangan besar lainnya dalam bentuk baku.
Kartu informasi sebagiknya dibuat dari kertas yang agak tebal. Ukurannya tergantung pada pertimbangan penulis sendiri. Biasanya 10 X 15 cm atau 8 X 12 cm. Pada kartu ini dicantumkan sumber informasi dan isi informasinya. Kalau sumbernya buku, tuliskan lah pengarang, judul buku, data penerbitan, halaman dan kutipan.
Informasi yang diperoleh dari bacaan mungkin ditulis dalam bentuk :
1)   Kutipan, jika disalin kata-kaya dari buku/bacaan disalin tepat seperti aslinya.
2)   Parafse, jika mengungkapkan kembali maksud penulis dengan kata-kata sendiri.
3)   Rangkuman, (ringkasan), jika menyarikan apa ynag dibaca.
4)   Evaluasi atau ulasan, jika mengemukakan reaksi terdapat gagasan yang dikemukakan penulis.
Bahan-bahan yang sudah terkumpul, diklasifikasikan menurut kriteria sesuai dengan keperluan. Klasifikasi, seperti juga analogi, pada dasarnya merupakan jenis analisis dan sintesis. Dalam klasifikasi kita mengambil sesuatu dari konteksnya semula (bacaan, pengalaman, dan lain-lain) dan mengelompokkan ke dalam kelas-kelas ynag baru berdasarkan kriteria tertentu. Kelas-kelas yang dibentuk dengan cara itu merupakan konsep baru hasil sintesis sendiri berdasarkan konsep ynag sudah ada.
Contoh kartu informasi :
1.   Kutipan

Proses morfologi
“Proses morfologi ialah proses pembentukan kata-kata dari bentuk lain yang merupakan bentuk dasarnya.
Ramlan, morfologi (suatu tinjauan Deskriptif, jakyakarta : UP Karyono, 1980) Hlm. 27

 





Pada kartu di atas merupakan kutipan sesuai dengan tulisan aslinya
2.   Parafse
Anak Berbakat
Ditinjau dari umur serta tingkat kemampuan mentalnya dan dibandingkan dengan pelayanan pendidikan yang diterimanya, anak berbakat adalah anak yang sangat berkelainan.

S.C.U. Munandar, ed., Anak-anak Berbakat : Pembinaan dan Pendidikannya (Jakarta : Rajawali, 1982), Hlm. 15

Administrasi Negara
Administrasi negara dilaksanakan berdasarkan UUD 1945. Tugasnya mencakup semua aspek kehidupan nasional bangsa.

Sahono, Soebroto, ed., Wawasan Nusantara 9jakarta : Surya Indah, 1982), Jlm 7

 







3.   Ringkasan







Perhatikan bahwa pada kartu-kartu di atas selalu dicantumkan sumber secara lengkap. Hal ini akan memudahkan dalam membaut catatan kaki dan daftar kepustakaan.