Jumat, 27 April 2012

Makalah Aliran Pendidikan


BAB  I
PENDAHULUAN

Pokok materi yang diuraikan dalam  makalah ini adalah Dua Aliran Pokok Pendidikan di Indonesia yang ikut memberikan corak pada pendidikan nasional Indonesia hingga saat ini. Ada dua aliran yang diangkat disini, yaitu Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan INS (Indonesia nederlandsche School) Kayutanam. Keduanya dibicarakan disini karena sama-sama merupakan tanggapan bangsa Indonesia terhadap keadaan pada masa penjajahan. Meskipun masing-masing lembaga pendidikan tersebut berdiri dengan dasar dan tujuan yang berbeda-beda. Dari kedua perguruan tersebut yang masih giat menyelenggarakan pendidikannya dengan jangkauan yang luas di Tanah Air adalah Taman Siswa, sedangkan INS Kayutanam telah hancur secara fisik dalam tahun 1949.



BAB II
PEMBAHASAN


A.       Dua Aliran Pokok Pendidikan di Indonesia

Dua aliran pokok pendidikan di Indonesia itu dimaksudkan adalah Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam. Kedua aliran ini dipandang sebagai suatu tonggak pemikiran tentang pendidikan di Indonesia. Namun perlu dikemukakan bahwa prakarsa dan upaya di bidang pendidikan tidak terbatas hanya oleh Taman Siswa dan INS Kayutanam itu saja. Secara historis, pendidikan yang melembaga meskipun lebih banyak pada jalur luar sekolah telah dikenal sebelum Belanda menjajah Indonesia, seperti padepokan, pesantren, dan sebagainya. Belanda memperkenalkan sistem persekolahan di Indonesia, timbul pula berbagai upaya untuk mendirikan sekolah RA Kartini (1879-1904) sebelum menikah telah berhasil mendirikan sekolah untuk anak perempuan di Jepara, dan setelah menikah didirikanlah pula di Rembang.
Demikian pula tokoh di bidang keagamaan  telah merintis persekolahan yang bercorak keagamaan sesuai agamanya masing-masing. Salah satu yang kini mempunyai sekolah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air yang bercorak kebangsaan adalah Perguruan Kebangsaan Taman Siswa, ruang pendidik INS Kayu Taman, dan sebagainya. Seiring dengan itu, terjadi pula pengembangan terhadap lembaga-lembaga yang telah ada seperti madrasah, pondok pesantren, dan sebagainya.

1.    Perguruan Kebangsaan Taman Siswa
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli di Yogyakarta, yakni dalam bentuk yayasan, selanjutnya mulai didirikan Taman Indria dan Kursus Guru, kemudian  Muda, disusul Taman Dewasa merangkap Taman Guru. Sekarang ini telah dikembangkan sehingga meliputi pula Taman Madya, Prasarjana, dan Sarjana. Dengan demikian Taman Siswa telah meliputi semua jenjang persekolahan, dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
·         Asas dan Tujuan Taman Siswa
Asas Taman Siswa:
-   Bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri dengan terbitnya  persatuan dalam peri kehidupan umum.
-   Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri.
-   Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
-   Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat.
-   Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
-   Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan kebahagiaan anak-anak.

·         Tujuan Taman Siswa:
Sebagai bahan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat tertib dan damai. Membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir dan batin, luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas keserasian bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya.
·         Upaya-upaya Taman Siswa
Usaha yang dilakukan oleh Taman Siswa adalah menyiapkan peserta didik yang cerdas dan memiliki kecakapan hidup. Dalam ruang lingkup eksternal Taman siswa membentuk pusat-pusat kegiatan kegiatan kemasyarakatan.
·         Hasil-hasil yang dicapai
Taman siswa telah berhasil menemukan gagasan tentang pendidikan nasional, lembaga-lembaga pendidikan dari Taman Indria sampai Sarjana. Taman Siswa pun telah melahirkan alumni-alumni besar di indonesia.

2. Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang Pendidik INS (Indonesia nederlandsche School) didirikan oleh Mohammad Syafe’i pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam (Sumatera Barat). Dimulai dengan 75 murid, dibagi dalam dua kelas, serta masuk sekolah bergantian karena gurunya hanya satu, yakni Moh. Syafe’i sendiri. Sekolah ini mengalami pasang surut sesuai dengan keadaan Indonesia saat itu.
·         Asas dan Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Pada awal didirikan, Ruang Pendidik INS Kayu Tanam mempunyai asas-asas sebagai berikut:
1)            Berpikir logis dan rasional
2)            Keaktifan dan kegiatan
3)            Pendidikan masyarakat
4)            Memperhatikan pembawaan anak
5)            Menentang intelektualisme
Dasar-dasar tersebut kemudian disempurnakan dan mencakup berbagai hal, seperti : syarat-syarat pendidikan yang efektif, tujuan yang ingin dicapai, dan sebagainya.
·         Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam:
1)     Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan
2)     Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
3)     Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat
4)     Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung jawab
5)     Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan.
·         Usaha-usaha Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Beberapa usaha yang dilakukan oleh Ruang Pendidik INS Kayu Tanam antara lain:
-       Memantapkan dan menyebarluaskan gagasan-gagasannya tentang pendidikan nasional.
-       Pengembangan Ruang Pendidik INS (kelembagaan, sarana/ prasarana, dan lain-lain).
-       Upaya pemberantasan buta huruf
-       Menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan
-       Menyiapkan tenaga guru atau pendidik
-       Penerbitan majalah anak-anak
-       Mencetak buku-buku pelajaran
·      Hasil-hasil yang dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang Pendidik INS Kayu Tanam mengupayakan gagasan-gagasan tentang pendidikan nasional (utamanya pendidikan keterampilan atau kerajinan), beberapa ruang pendidikan (jenjang pendidikan), dan sejumlah alumni.

BAB III
PENUTUP

Pemikiran tentang pendidikan sejak dulu, kini, dan masa yang akan datang terus berkembang. Aliran/ gerakan tersebut mempengaruhi pendidikan di seluruh dunia, termasuk pendidikan di Indonesia. Dari sisi lain, di Indonesia juga muncul gagasan–gagasan tentang pendidikan, yang dapat dikategorikan sebagai aliran pendidikan, yakni taman siswa dan INS kayu tanam. Setiap tenaga kependidikan diharapkan memiliki bekal yang memadai dalam meninjau masalah yang dihadapi, serta pertimbangan yang tepat dalam menetapkan kebijakan dan atau tindakan sehari-hari. Dari aliran–aliran pendidikan di atas kita tidak bisa mengatakan bahwa salah satu adalah yang paling baik. Sebab penggunaannya disesuaikan dengan tingkat kebutuhan, situasi dan kondisinya pada saat itu, karena setiap aliran memiliki dasar–dasar pemikiran sendiri.
       

DAFTAR PUSTAKA

Sulaiman, Fathiyah Hasan. Aliran- Aliran dalam Pendidikan. Semarang: Dina Utama, 1993.
Tirtahardja, Umar. Pengantar pendidkan . Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005. Unbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia, 1998.
Prof. Dr. Umar Tirtarahardja dan Drs. S. L. La Sulo, Pengantar Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2005).
='text-�'k n j �Or (�p ne-height:200%'>Paragraf dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat utama. Kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas yang berfungsi menjelaskan kalimat utama. Paragraf ini biasanya dikembangkan dengan metode berpikir deduktif, dari yang umum ke yang khusus.
Dengan cara menempatkan gagasan pokok pada awal paragraf, ini akan memungkinkan gagasan pokok tersebut mendapatkan penekanan yang wajar. Paragraf semacam ini biasa disebut dengan paragraf deduktif, yaitu kalimat utama terletak di awal paragraf.
Contoh :
Pemakaian bahasa Indonesia di seluruh Indonesia dewasa ini belum dapat dikatakan seragam. Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, dan ucapan terlihat dengan mudah. Pemakiaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Di lingkungan persuratkabaran, radio, dan televisi sudah terjaga dengan baik. Para pemuka kitapun pada umumnya belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Fakta-fakta di atas menunjukan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.
Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diawal paragraf (Deduktif), yaitu pemakaian bahasa Indonesia di seluruh Indonesia belum seragam.
b) Paragraf Induktif
Paragraf ini dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan atau perincian-perincian, kemudian ditutup dengan kalimat utama. Paragraf ini dikembangkan dengan metode berpikir induktif, dari hal-hal yang khusus ke hal yang umum.
Contoh :
Lebaran masih seminggu lagi, tetapi harga sembako seperti beras, gula, minyak, tepung, telur, dan lain-lain telah naik secara signifikan. Makanan yang biasanya dikonsumsi dalam merayakan Lebaran seperti roti, sirup, dan lain-lain melonjak harganya. Bahan pakaian dan pakaian jadi untuk berlebaran, seperti busana muslimah, baju koko, kopiah, kerudung, sajadah, dan sejenisnya pun tidak ketinggalan dari kenaikan harga yang cukup tinggi. Kenaikan harga barang-barang selalu terjadi menjelang Lebaran pada setiap tahun.
Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diakhir paragraf (Induktif), yaitu kenaikan harga barang-barang selalu terjadi menjelang Lebaran pada setiap tahun.
c) Paragraf Gabungan atau Campuran
Pada paragraf ini kalimat topik ditempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf. Dalam hal ini kalimat terakhir berisi pengulangan dan penegasan kalimat pertama. Pengulangan ini dimaksudkan untuk lebih mempertegas ide pokok karena penulis merasa perlu untuk itu. Jadi pada dasarnya paragraf campuran ini tetap memiliki satu pikiran utama, bukan dua.
Contoh :
Buku merupakan sarana utama dalam mencari ilmu. Bagaimana orang bisa mengetahui ilmu dari berbagai belahan dunia. Dari buku pula kita bisa menambah pengetahuan maupun pengalaman. Jelaslah bahwa buku sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia.
Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diawal paragraf, yaitu buku merupakan sarana utama dalam mencari ilmu. Sedangkan penegasan ide pokoknya terdapat dalam akhir kalimat, yaitu jelaslah bahwa buku sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia.
d) Paragraf Tanpa Kalimat Utama
Paragraf ini tidak mempunyai kalimat utama. Berarti pikiran utama tersebar di seluruh kalimat yang membangun paragraf tersebut. Bentuk ini biasa digunakan dalam karangan berbentuk narasi atau deskripsi. Contoh paragraf tanpa kalimat utama:
Contoh :
Enam puluh tahun yang lalu, pagi-pagi tanggal 30 Juni 1908, suatu benda cerah tidak dikenal melayang menyusur lengkungan langit sambil meninggalkan jejak kehitam-hitaman dengan disaksikan oleh paling sedikit seribu orang di pelbagai dusun Siberi Tengah. Jam menunjukkan pukul 7 waktu setempat. Penduduk desa Vanovara melihat benda itu menjadi bola api membentuk cendawan membubung tinggi ke angkasa, disusul ledakan dahsyat yang menggelegar bagaikan guntur dan terdengar sampai lebih dari 1000 km jauhnya. (Intisari, Feb.1996 dalam Keraf, 1980:74)
Sukar sekali untuk mencari sebuah kalimat topik dalam paragraf di atas, karena seluruh paragraf bersifat deskriptif atau naratif. Tidak ada kalimat yang lebih penting dari yang lain. Semuanya sama penting, dan bersama-sama membentuk kesatuan dari paragraf tersebut.
Paragraf tanpa kalimat utama disebut juga paragraf naratif atau paragraf deskriptif, yang merupakan salah satu jenis paragraf yang dibicarakan dalam penelitian ini.
3. Jenis Paragraf Berdasarkan Isi
a) Narasi
Narasi atau cerita adalah jenis karangan yang menceritakan suatu pokok persoalan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam narasi adalah :
Biasanya cerita disampaikan secara kronologis.
Mengandung plot atau rangkaian peristiwa.
Ada tokoh yang menceritakan, baik manusia maupun bukan.
Contoh:
Tepat pukul 16.30 perhitungan suara pilkades di empat tempat pemungutan suara selesai. Berita acarapun segera dibuat dan di tanda tangani, Pak Camat mengumumkan hasilnya. Teten yang bertanda gambar padi mendapat 782 suara, Sugiono dengan tanda gambar ketela 324 suara, Paidi bertanda gambar jagung 316 suara. Suara tidak sah ada 33 lembar.
b) Diskripsi
Diskripsi adalah jenis karangan yang dibuat untuk menyampaikan gambaran secara objektif suatu keadaan sehingga pembaca memiliki pemahaman yang samadengan informasi yang disampaikan.
Ciri-ciri diskripsi adalah :
Bersifat informatif
Pembaca diajak menikmati sesuatu yang ditulis
Susunan peristiwa tidak dianggap penting
Contoh :
Pagi hari itu duduk di bangku yang panjang dalam taman belakang rumah. Matahari belum tinggi, baru sepenggalah. Sinar matahari pagi menghangatkan badan. Di depanku bermekaran bunga beraneka warna. Angin pegunungan membelai wajah, membawa bau harum bunga. Kuhirup hawa pagi yang segar sepuas-puasku. Nyaman rasa badan dan hilanglah lelah berjalan untuk sehari kemarin.
c) Eksposisi
Eksposisi adalah karangan yang dibuat untuk menerangkan suatu pokok persoalan yang dapat meperluas wawasan pembaca. Untuk mempertegas masalah yang disampaikan biasanya dilengkapi dengan gambar, data, dan statistik.
Contoh :
Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini mencapai rata-rata 7-8% pertahun. Dengan demikian, pendapatan perkapita penduduk Indonesia mencapai beberapa kali lipat. Selain itu berdasarkan data Biro Pusat Statistik, jumlah penduduk yang dikategorikan miskin juga banyak berkurang.
d) Argumentasi
Argumentasi adalah jenis karangan yang berisi gagasan lengkap dengan bukti dan alasan serta dijalin dengan proses penalaran yang kritis dan logis. Argumentasi dibuat untuk mempengaruhi atau meyakinkan pembaca untuk menyatakan persetujuannya.
Contoh :
Keluaga berencana berusaha menjamin kebahagiaan hidup keluarga. Ibu tidak selalu merana oleh karena setiap tahun melahirkan. Ayah tidak pula terlalu pusing memikirkan usaha untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Anakpun tidak terlantar hidupnya karena kebutuhan hidup yang terjamin.
e) Persuasi
Persuasi adalah jenis karangan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa yang singkat, padat, dan menarik untuk mempengaruhi pembaca sehingga pembaca terhanyut oleh siratan isinya.
Contoh :
Menabung uang di bank lebih aman dan menguntungkan. Uang kita akan mendapat keuntungan dari bank sesuai dengan uang tabungan yang telah disetor. Uang kita juga akan terjaga keamanannya dari pencurian. Oleh karena itu marilah kita menabung uang di bank sebagai jaminan masa depan kelak.
C.  PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Paragraf merupakan sekumpulan kalimat yang dirangkai atau dihubungkan sehingga membentuk suatu gagasan tertentu. Paragaf dibedakan menjadi tiga yaitu paragraf yang terbentuk berdasarkan sifat dan tujuan, berdasarkan letak kalimat utamanya, dan berdasarkan isinya. Sebuah paragraf yang baik harus memperhatikan beberapa persyaratan agar terbentuk suatu gagasan yang mudah dimengerti oleh para pembaca.
3.2. Saran
Agar sebuah paragraf dapat tersusun dengan baik dan sesuai EYD diperlukan sebuah ketelitian dan pengelolaan kata yang tepat. Menyusun sebuah paragraf harus seefektif mungkin dan dapat menyampaikan ide pokok secara jelas sehingga mudah dipahami.




DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar: