BAB I
PENDAHULUAN
Pokok
materi yang diuraikan dalam makalah ini
adalah Dua Aliran Pokok Pendidikan di Indonesia yang ikut memberikan corak pada
pendidikan nasional Indonesia hingga saat ini. Ada dua aliran yang diangkat
disini, yaitu Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan INS (Indonesia nederlandsche
School) Kayutanam. Keduanya dibicarakan disini karena sama-sama merupakan
tanggapan bangsa Indonesia terhadap keadaan pada masa penjajahan. Meskipun
masing-masing lembaga pendidikan tersebut berdiri dengan dasar dan tujuan yang
berbeda-beda. Dari kedua perguruan tersebut yang masih giat menyelenggarakan
pendidikannya dengan jangkauan yang luas di Tanah Air adalah Taman Siswa,
sedangkan INS Kayutanam telah hancur secara fisik dalam tahun 1949.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Dua Aliran Pokok Pendidikan di
Indonesia
Dua aliran pokok pendidikan di Indonesia itu
dimaksudkan adalah Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS
Kayu Tanam. Kedua aliran ini dipandang sebagai suatu tonggak pemikiran tentang
pendidikan di Indonesia. Namun perlu dikemukakan bahwa prakarsa dan upaya di
bidang pendidikan tidak terbatas hanya oleh Taman Siswa dan INS Kayutanam itu saja.
Secara historis, pendidikan yang melembaga meskipun lebih banyak pada jalur
luar sekolah telah dikenal sebelum Belanda menjajah Indonesia, seperti
padepokan, pesantren, dan sebagainya. Belanda memperkenalkan sistem
persekolahan di Indonesia, timbul pula berbagai upaya untuk mendirikan sekolah
RA Kartini (1879-1904) sebelum menikah telah berhasil mendirikan sekolah untuk
anak perempuan di Jepara, dan setelah menikah didirikanlah pula di Rembang.
Demikian pula tokoh di bidang keagamaan telah
merintis persekolahan yang bercorak keagamaan sesuai agamanya masing-masing.
Salah satu yang kini mempunyai sekolah yang tersebar di seluruh pelosok tanah
air yang bercorak kebangsaan adalah Perguruan Kebangsaan Taman Siswa, ruang
pendidik INS Kayu Taman, dan sebagainya. Seiring dengan itu, terjadi pula
pengembangan terhadap lembaga-lembaga yang telah ada seperti madrasah, pondok
pesantren, dan sebagainya.
1.
Perguruan
Kebangsaan Taman Siswa
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh Ki
Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli di Yogyakarta, yakni dalam bentuk yayasan,
selanjutnya mulai didirikan Taman Indria dan Kursus Guru, kemudian Muda,
disusul Taman Dewasa merangkap Taman Guru. Sekarang ini telah dikembangkan
sehingga meliputi pula Taman Madya, Prasarjana, dan Sarjana. Dengan demikian
Taman Siswa telah meliputi semua jenjang persekolahan, dari pendidikan
prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
·
Asas dan
Tujuan Taman Siswa
Asas Taman Siswa:
-
Bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya
sendiri dengan terbitnya persatuan dalam peri kehidupan umum.
-
Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang
berfaedah yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri.
-
Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan
kebangsaan sendiri.
-
Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat
menjangkau kepada seluruh rakyat.
-
Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan
sendiri maka mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
-
Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan
lahir dan batin untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan
dan kebahagiaan anak-anak.
·
Tujuan Taman
Siswa:
Sebagai bahan perjuangan kebudayaan dan pembangunan
masyarakat tertib dan damai. Membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka
lahir dan batin, luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi
anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas keserasian bangsa,
tanah air, serta manusia pada umumnya.
·
Upaya-upaya
Taman Siswa
Usaha yang dilakukan oleh Taman Siswa adalah
menyiapkan peserta didik yang cerdas dan memiliki kecakapan hidup. Dalam ruang
lingkup eksternal Taman siswa membentuk pusat-pusat kegiatan kegiatan
kemasyarakatan.
·
Hasil-hasil
yang dicapai
Taman siswa telah berhasil menemukan gagasan tentang
pendidikan nasional, lembaga-lembaga pendidikan dari Taman Indria sampai
Sarjana. Taman Siswa pun telah melahirkan alumni-alumni besar di indonesia.
2. Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang Pendidik INS (Indonesia nederlandsche School)
didirikan oleh Mohammad Syafe’i pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam
(Sumatera Barat). Dimulai dengan 75 murid, dibagi dalam dua kelas, serta masuk
sekolah bergantian karena gurunya hanya satu, yakni Moh. Syafe’i sendiri.
Sekolah ini mengalami pasang surut sesuai dengan keadaan Indonesia saat itu.
·
Asas dan
Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Pada
awal didirikan, Ruang Pendidik INS Kayu Tanam mempunyai asas-asas sebagai
berikut:
1)
Berpikir logis dan rasional
2)
Keaktifan dan kegiatan
3)
Pendidikan masyarakat
4)
Memperhatikan pembawaan anak
5)
Menentang intelektualisme
Dasar-dasar
tersebut kemudian disempurnakan dan mencakup berbagai hal, seperti :
syarat-syarat pendidikan yang efektif, tujuan yang ingin dicapai, dan
sebagainya.
·
Tujuan Ruang
Pendidik INS Kayu Tanam:
1) Mendidik
rakyat ke arah kemerdekaan
2) Memberi
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
3) Mendidik para
pemuda agar berguna untuk masyarakat
4) Menanamkan
kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung jawab
5) Mengusahakan
mandiri dalam pembiayaan.
·
Usaha-usaha
Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Beberapa
usaha yang dilakukan oleh Ruang Pendidik INS Kayu Tanam antara lain:
-
Memantapkan dan menyebarluaskan gagasan-gagasannya
tentang pendidikan nasional.
-
Pengembangan Ruang Pendidik INS (kelembagaan, sarana/
prasarana, dan lain-lain).
-
Upaya pemberantasan buta huruf
-
Menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan
-
Menyiapkan tenaga guru atau pendidik
-
Penerbitan majalah anak-anak
-
Mencetak buku-buku pelajaran
·
Hasil-hasil
yang dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang Pendidik INS Kayu Tanam mengupayakan
gagasan-gagasan tentang pendidikan nasional (utamanya pendidikan keterampilan
atau kerajinan), beberapa ruang pendidikan (jenjang pendidikan), dan sejumlah
alumni.
BAB III
PENUTUP
Pemikiran tentang
pendidikan sejak dulu, kini, dan masa yang akan datang terus berkembang.
Aliran/ gerakan tersebut mempengaruhi pendidikan di seluruh dunia, termasuk
pendidikan di Indonesia. Dari sisi lain, di Indonesia juga muncul
gagasan–gagasan tentang pendidikan, yang dapat dikategorikan sebagai aliran
pendidikan, yakni taman siswa dan INS kayu tanam. Setiap tenaga kependidikan
diharapkan memiliki bekal yang memadai dalam meninjau masalah yang dihadapi,
serta pertimbangan yang tepat dalam menetapkan kebijakan dan atau tindakan
sehari-hari. Dari aliran–aliran pendidikan di atas kita tidak bisa mengatakan
bahwa salah satu adalah yang paling baik. Sebab penggunaannya disesuaikan
dengan tingkat kebutuhan, situasi dan kondisinya pada saat itu, karena setiap
aliran memiliki dasar–dasar pemikiran sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Sulaiman, Fathiyah Hasan. Aliran- Aliran dalam
Pendidikan. Semarang: Dina Utama, 1993.
Tirtahardja, Umar. Pengantar pendidkan . Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2005. Unbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam.
Bandung: CV Pustaka Setia, 1998.
Prof. Dr. Umar Tirtarahardja dan Drs. S. L. La
Sulo, Pengantar Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2005).
='text-�'k n j �Or (�p ne-height:200%'>Paragraf dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok
atau kalimat utama. Kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas yang
berfungsi menjelaskan kalimat utama. Paragraf ini biasanya dikembangkan dengan
metode berpikir deduktif, dari yang umum ke yang khusus.
Dengan cara menempatkan gagasan pokok pada awal
paragraf, ini akan memungkinkan gagasan pokok tersebut mendapatkan penekanan
yang wajar. Paragraf semacam ini biasa disebut dengan paragraf deduktif, yaitu
kalimat utama terletak di awal paragraf.
Contoh :
Pemakaian bahasa Indonesia di seluruh Indonesia dewasa
ini belum dapat dikatakan seragam. Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu
kalimat, dan ucapan terlihat dengan mudah. Pemakiaan bahasa Indonesia sebagai
bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Di lingkungan
persuratkabaran, radio, dan televisi sudah terjaga dengan baik. Para pemuka
kitapun pada umumnya belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia dengan
baik dan benar. Fakta-fakta di atas menunjukan bahwa pengajaran bahasa
Indonesia perlu ditingkatkan.
Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diawal
paragraf (Deduktif), yaitu pemakaian bahasa Indonesia di seluruh
Indonesia belum seragam.
b) Paragraf Induktif
Paragraf ini dimulai dengan mengemukakan
penjelasan-penjelasan atau perincian-perincian, kemudian ditutup dengan kalimat
utama. Paragraf ini dikembangkan dengan metode berpikir induktif, dari hal-hal
yang khusus ke hal yang umum.
Contoh :
Lebaran masih seminggu lagi, tetapi harga sembako
seperti beras, gula, minyak, tepung, telur, dan lain-lain telah naik secara
signifikan. Makanan yang biasanya dikonsumsi dalam merayakan Lebaran seperti
roti, sirup, dan lain-lain melonjak harganya. Bahan pakaian dan pakaian jadi
untuk berlebaran, seperti busana muslimah, baju koko, kopiah, kerudung,
sajadah, dan sejenisnya pun tidak ketinggalan dari kenaikan harga yang cukup
tinggi. Kenaikan harga barang-barang selalu terjadi menjelang Lebaran pada
setiap tahun.
Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diakhir
paragraf (Induktif), yaitu kenaikan harga barang-barang selalu terjadi
menjelang Lebaran pada setiap tahun.
c) Paragraf Gabungan atau Campuran
Pada paragraf ini kalimat topik ditempatkan pada
bagian awal dan akhir paragraf. Dalam hal ini kalimat terakhir berisi
pengulangan dan penegasan kalimat pertama. Pengulangan ini dimaksudkan untuk
lebih mempertegas ide pokok karena penulis merasa perlu untuk itu. Jadi pada
dasarnya paragraf campuran ini tetap memiliki satu pikiran utama, bukan dua.
Contoh :
Buku merupakan sarana utama dalam mencari ilmu.
Bagaimana orang bisa mengetahui ilmu dari berbagai belahan dunia. Dari buku
pula kita bisa menambah pengetahuan maupun pengalaman. Jelaslah bahwa buku
sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia.
Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diawal
paragraf, yaitu buku merupakan sarana utama dalam mencari ilmu. Sedangkan
penegasan ide pokoknya terdapat dalam akhir kalimat, yaitu jelaslah bahwa
buku sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia.
d) Paragraf Tanpa Kalimat Utama
Paragraf ini tidak mempunyai kalimat utama. Berarti
pikiran utama tersebar di seluruh kalimat yang membangun paragraf tersebut.
Bentuk ini biasa digunakan dalam karangan berbentuk narasi atau deskripsi.
Contoh paragraf tanpa kalimat utama:
Contoh :
Enam puluh tahun yang lalu, pagi-pagi tanggal 30 Juni
1908, suatu benda cerah tidak dikenal melayang menyusur lengkungan langit
sambil meninggalkan jejak kehitam-hitaman dengan disaksikan oleh paling sedikit
seribu orang di pelbagai dusun Siberi Tengah. Jam menunjukkan pukul 7 waktu
setempat. Penduduk desa Vanovara melihat benda itu menjadi bola api membentuk
cendawan membubung tinggi ke angkasa, disusul ledakan dahsyat yang menggelegar
bagaikan guntur dan terdengar sampai lebih dari 1000 km jauhnya. (Intisari,
Feb.1996 dalam Keraf, 1980:74)
Sukar sekali untuk mencari sebuah kalimat topik dalam
paragraf di atas, karena seluruh paragraf bersifat deskriptif atau naratif.
Tidak ada kalimat yang lebih penting dari yang lain. Semuanya sama penting, dan
bersama-sama membentuk kesatuan dari paragraf tersebut.
Paragraf tanpa kalimat utama disebut juga paragraf
naratif atau paragraf deskriptif, yang merupakan salah satu jenis paragraf yang
dibicarakan dalam penelitian ini.
3. Jenis Paragraf Berdasarkan Isi
a) Narasi
Narasi atau cerita adalah jenis karangan yang
menceritakan suatu pokok persoalan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
narasi adalah :
Biasanya cerita disampaikan secara kronologis.
Mengandung plot atau rangkaian peristiwa.
Ada tokoh yang menceritakan, baik manusia maupun
bukan.
Contoh:
Tepat pukul 16.30 perhitungan suara pilkades di empat
tempat pemungutan suara selesai. Berita acarapun segera dibuat dan di tanda
tangani, Pak Camat mengumumkan hasilnya. Teten yang bertanda gambar padi
mendapat 782 suara, Sugiono dengan tanda gambar ketela 324 suara, Paidi
bertanda gambar jagung 316 suara. Suara tidak sah ada 33 lembar.
b) Diskripsi
Diskripsi adalah jenis karangan yang dibuat untuk
menyampaikan gambaran secara objektif suatu keadaan sehingga pembaca memiliki
pemahaman yang samadengan informasi yang disampaikan.
Ciri-ciri diskripsi adalah :
Bersifat informatif
Pembaca diajak menikmati sesuatu yang ditulis
Susunan peristiwa tidak dianggap penting
Contoh :
Pagi hari itu duduk di bangku yang panjang dalam taman
belakang rumah. Matahari belum tinggi, baru sepenggalah. Sinar matahari pagi
menghangatkan badan. Di depanku bermekaran bunga beraneka warna. Angin
pegunungan membelai wajah, membawa bau harum bunga. Kuhirup hawa pagi yang
segar sepuas-puasku. Nyaman rasa badan dan hilanglah lelah berjalan untuk
sehari kemarin.
c) Eksposisi
Eksposisi adalah karangan yang dibuat untuk
menerangkan suatu pokok persoalan yang dapat meperluas wawasan pembaca. Untuk
mempertegas masalah yang disampaikan biasanya dilengkapi dengan gambar, data,
dan statistik.
Contoh :
Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama beberapa tahun
terakhir ini mencapai rata-rata 7-8% pertahun. Dengan demikian, pendapatan
perkapita penduduk Indonesia mencapai beberapa kali lipat. Selain itu
berdasarkan data Biro Pusat Statistik, jumlah penduduk yang dikategorikan
miskin juga banyak berkurang.
d) Argumentasi
Argumentasi adalah jenis karangan yang berisi gagasan
lengkap dengan bukti dan alasan serta dijalin dengan proses penalaran yang
kritis dan logis. Argumentasi dibuat untuk mempengaruhi atau meyakinkan pembaca
untuk menyatakan persetujuannya.
Contoh :
Keluaga berencana berusaha menjamin kebahagiaan hidup
keluarga. Ibu tidak selalu merana oleh karena setiap tahun melahirkan. Ayah
tidak pula terlalu pusing memikirkan usaha untuk mencukupi kebutuhan
keluarganya. Anakpun tidak terlantar hidupnya karena kebutuhan hidup yang
terjamin.
e) Persuasi
Persuasi adalah jenis karangan yang disampaikan dengan
menggunakan bahasa yang singkat, padat, dan menarik untuk mempengaruhi pembaca
sehingga pembaca terhanyut oleh siratan isinya.
Contoh :
Menabung uang di bank lebih aman dan menguntungkan.
Uang kita akan mendapat keuntungan dari bank sesuai dengan uang tabungan yang
telah disetor. Uang kita juga akan terjaga keamanannya dari pencurian. Oleh
karena itu marilah kita menabung uang di bank sebagai jaminan masa depan kelak.
C. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Paragraf merupakan sekumpulan kalimat yang dirangkai
atau dihubungkan sehingga membentuk suatu gagasan tertentu. Paragaf dibedakan
menjadi tiga yaitu paragraf yang terbentuk berdasarkan sifat dan tujuan,
berdasarkan letak kalimat utamanya, dan berdasarkan isinya. Sebuah paragraf
yang baik harus memperhatikan beberapa persyaratan agar terbentuk suatu gagasan
yang mudah dimengerti oleh para pembaca.
3.2. Saran
Agar sebuah paragraf dapat tersusun dengan baik dan
sesuai EYD diperlukan sebuah ketelitian dan pengelolaan kata yang tepat.
Menyusun sebuah paragraf harus seefektif mungkin dan dapat menyampaikan ide
pokok secara jelas sehingga mudah dipahami.
DAFTAR PUSTAKA
http://susandi.wordpress.com/2010/02/09/paragraf/,
9 Nopember 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar