Jumat, 27 April 2012

Tujuan Dan Bahan Penulisan


BAB XI
TUJUAN DAN BAHAN PENULISAN

Sasaran Belajar
Setelah mempelajari materi bab ini, mahasiswa diharapkan mampu :
1.     Merumuskan tujuan penulisan dalam bentuk tesis;
2.     Merumuskan tujuan penulisan dalam bentuk pertanyaan maksud;
3.     Mengemukakan sumber bahan berupa inteferensi dan pengalaman;
4.     Menjelaskan beberapa cara memperoleh inferensi;
5.     Menjelaskan penggunaan kartu informasi dalam bentuk kutipan, parafrase, rangkuman, dan ulasan.

1.        Pendahuluan
Penyusunan karangan ilmiah diperlukan adanya rumusan tujuan penulisan rumusan tujuan penulisan dalah suatu gambar tau perencanaan menyeluruh yang akan mengarahkandi dalam penulisan selanjutnya. Dengan menentukan tujuan penulisan, maka dapat diketahui apa yang harus dilakukan pada tahap penulisan, bahan apa yang diperlukan, organisasi karangan macam apa yang akan diterapkan, dan mungkin juga sudut pandang apa yang akan dipilih. Penentuan tujuan merupakan penentuan yang pokok yang akan mengarahkan dan membatasi penentuan-penentuan khusus yang akan dilakukan selanjutnya.
Tujuan penullisan dapat dinyatakan dengan dua cara, yaitu :
(1)   Dalam bentuk tesis, dan
(2)   Dalam bentuk pernyataan maksud.
Jika tulisan itu akan mengembangkan gagasan yang merupakan tema seluruh tulisan, maka dapat dinyatakan dalam bentuk tesis. Tetapi, jika suatu tulisan itu tidak mengembangkan gagasan serupa itu, maka tujuan itu dinyatakan dalam bentuk pernyataan maksud.
2.        Tujuan penulisan dalam Bentuk Tesis
Tesis ialah perumusan singkat yang mengandung tema dasar dari sebuah karangan. Sebuah tesis adalah sebuah kalimat yang merupakan kunci untuk seluruh tulisan. Fungsi tesis bagi sebuah  karangan adalah  sama seperti kalimat topik atau kalimat utama utama bagi sebuah alinea (paragraf). Secara formal tesis dapat dibatasi sebagai berikut : tema yang bentuk satu kalimat dengan topik dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi yang bertindak  sebagai gagasan sentral kalimat tadi
Contoh berikut ini memperlihat kan bagaimana membuat perumusan dari tesis  itu, dan kedudukan topik dan tujuan yang bertindak sebagai gagasan utama kalimat itu.
Topik        :   Pendidikan pada zaman Penjajahan dan Dewasa ini.
Tujuan      :   Menunjukkan perbedaan antara kedua sistem pendidikan tersebut.
Tesis         :   perbedaan antara sistem pendidikan dewasa ini  dapat dilihat dari beberapa aspek,  natara lain dari aspek atau segi politik,kebudayaan, sosial dan ekonomi.
Tesis di atas menyampaikan kepada pembaca bahwa  topik dari karangan itu mempersoalkan pendidikan pada zaman penjajahan dan pendidikan sesudah memeperoleh kemerdekaan.  selanjutnya tesis itu juga menunjukkan bahwa perbedaan antara kedua sistem pendidikan itu dapat di lihat dari sekurang-kurangnya empat segi, yaitu : politik, kebudayaan,sosial, dan ekonomi.
Contoh lain sebuah tesis :
Tesis       Sistem pendidikan di Indonesia dewasa ini dirasakan tidak sesuai lagi dengan kebutuhan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang modern sehingga perlu  diperbaiki/diperbarui.
Tesis diatas memberitahukan kepada para pembaca bahwa uraian selanjutnya mengenai sistem pendidikan yang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan bangsa dan perlunya pembaruan sistem tersebut. Jadi, dari kalimat itu pembaca dapat memperkirakan bahwa uraian selanjutnya akan mencakup : (1) sistem pendidikan di Indonesia dewasa ini ditinjau dari kebutuhan bangsa Indonesia sebagai bangsa ynag modern, dan (2) kearah Pembaruan sistem pendidikan di Indonesia.
Untuk menghasilkan tesis yang baik dan efektif, maka suatu tesis hendaknya terbatas, mengandung kesatuan dan ketetapan. Sebuah tesis dikatakan terbatas, bila sudah ditetapkan pendekatan mana yang harus dipergunakan, bagian mana yang boleh diuraikan secara mendetail, dan bagian mana yang sama sekali tidak boleh. Tesis yang terbatas juga akan membatasi sampai dimana pembahasan akan dilakukan. Tesis seperti “ Banyak kekayaan tersimpan di lautan Indonesia “ adalah contoh tesis yang umum, tidak cukup terbatas. Tesis ini mungkin dapat dipecahkan ke dalam beberapa tujuan.
Contoh
Tesis (umum) : Banyak kekayaan tersimpan di lautan Indonesia
Terbatas :     1).  Di perairan Indonesia banyak hidup tiram muiara yang mungkin dapat dibudidayakan.
                            2).  Lautan Indonesia meru[akan sumber energi potensial di masa mendatang.
                     3).  Jika dibandingkan dengan kekayaan di daratan, kekayaan di lautan Indonesia belum banyak dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia.
Sebuah tesis yang baik harus memiliki kesatuan. Yang dimaksud dengan kesatuan adalah hanya terbatas satu gagasan sentral dalam tesis itu. Oleh sebab itu tesis hanya boleh mengambil bentuk kalimat tunggal atau kaliamat majemuk bertingkat, bukan kalimat majemuk setara.
Contoh :
Tesis     :     Sistem studi terpimpin mempunyai beberapa kelemahan yang menonjol
Sebuah tesis harus memiliki syarat keteepatan, sebuah tesis harus dirumuskan dengan kata-kata yang hanya boleh mengandung satu interpretasi. Sebab itu, rumusan sebuah tesis harus mempergunakan kata-kata yang lebih khusus dan menghindari frase-frase ynag umum.

3.        Tujuan Penulisan dalam Bentuk Pernyataan Maksud
Di atas telah diuraikan, tesis hnaya terdapat di dalam tulisan ynag mengembangan gagasan secara dominan. Karangan yang mengembangkan gagasan sentral perlu mempergunakan tesis. Akan tetapi karangan yang mengandung maksud-maksud tertentu, tidak bermaksud mengembangkan sebuah gagasan sentral, harus dirumuskam dengan penyataan maksud. Jadi, karangan yang dirumuskan dengan mempergunakan pernyataan/pengungkapan maksud bertujuan untuk memberi suatu gambaran atau mengungkapkan atau kesan, misalnya tema-tema mengenai kenang-kenangan, autobiografi, deskripsi, dan narasi semuanya tidak bermaksud untuk mengembangkan sebuah gagasan sentral. Tetapi tulisan – tulisan semacam itu dapat dirumuskan ke dalam pernyataan/pengungkapan maksud.
Perhatikan contoh berikut ini bagaimana merumuskan sebuah pengungkapan maksud.
Topik      :   Kebiasaan-kebiasaan kampus
Tujuan    :   Menggambarkan dan mengadakan penilaian terhadap beberapa kebiasaan kampus yang paling populer.
Pernyataan/Pengungkapan Maksud :
Dalam uraian ini penulis akan berusaha menggambarkan dan mengadakan penilaian terhadap beberapa kebiasaan kampus yang paling populer, sehingga dapat dijadikan pegangan sejauh mana kita boleh mengikuti atau menolak kebiasaan-kebiasaan semacam itu.
Dengan merumuskan sebuah pernyataan/Pengungkapan maksud, maka gamabaran dan ingatan kita kepada kejadian atau persoalan itu akan menjadi lebih hidup, sehingga membangkitkan semangat kita sebagai penulis untuk merangkaikan kata-kata yang lebih tepat. Pembaca harus merasakan juga peristiwa/kejadian seperti yang dirasakan oleh penulis dalam pengungkapannya. Kata-kata atau ungkapan-ungkapan ynag biasa dipergunakan oleh penulis untuk pernyataan/pengungkapan maksud, seperti : akan menggambarkan, akan menguraikan, akan mengemukakan, akan menceritakan, atau semacamnya.
Perhatikan contoh-contoh pernyataan/pengungkapan maksud di bawah ini :
1)        Saya akan menceritakan apa yang kulihat, kudengar, dan kurasakan tentang keganasan gerombolan yang merajalela di kampung kami beberapa tahun lampau, agar pembaca dapat membayangkan betapa kecemasan dan ketakutan senantiasa memagut diri kami detik demi detik, siang dan malam.
2)        Dalam makalah ini akan menguraikan bagaimana pujian dapat meningkatkan motivasi belajar anak-anak SD
3)        Penulis ingin mengemukakan peristiwa-peristiwa ynag mendahului pecahnya Perang Diponegoro.
4)        Tujuan makalah ini ialah membahas perbedaan pandangan politik tokoh X dan Y mengenai tindakan pemerintah Z terhadap gerilyawan.
5)        Apa yang menyebabkan kenakalan remaja pada umumnya? Penulis akan mengemukakan tiga hal yang erat hubungannya dengan pendidikan keluarga.
Contoh-contoh pernyataan/pengungkapan maksud di atas tidak hanya mengungkapkan tujuan penulis, melainkan juga menunjukkan arah pengembangan karangan selanjutnya. Pernyataan ini sekaligus mencakup struktur tulisan dan bahan yang diperlukan.

4.        Bahan Penulisan
Jika tujuan penulisan sudah jelas, maka dapat ditentukan bahan atau materi penulsian, macamnya, dan beberapa luasnya. Yang dimaksud dengan bahan Penulisan ialah semua informasi atau data yang dipergunakan untuk mencapai tujuan penulisan. Data tersebut mungkin merupakan contoh-contoh perincian atau detail, perbandingan, sejarah kasus, fakta, hubungna sebab akibat, pengujian dan pembuktian, angka-angka, kutipan, gagasan, dan sebagainya ynag dapat membantu dalam mengembangkan topik.
Bahan penulisan dapat dikumpulkan, baik pada tahap prapenulisan maupun pada tahap penulisan. Untuk suatu masalah kecil yang tujuannya sudah jelas dalam pikiran, maka penetapan dan pengumpulan bahannya dapat dilakukan pada tahap penulisan. Tetapi untuk suatu karangan besar seperti skripsi kesarjanaan, bahannya harus dikumpulkan lebih dahulu sebelum tahap penulisan yang sebenarnya dimulai. Mungkin memerlukan bahan dari beberapa sumber informasi, bahkan mungkin harus mengadakan pengamatan atau penelitian yang membutuhkan waktu yang lebih lama.

5.        Sumber Bahan Penulisan
Sebagian besar dari bahan penulisan dapat diperoleh dari dua sumber utama, yaitu inferensi dan pengamatan. Inferensi ialah kesimpulan atau nilai-nilai yang ditarik dari pengamatan. Inferensi itu kemudian akan menjadi bagian dari pengalaman dan mungkin menjadi dasar penarikan inferensi baru. Pengalaman ialah semua pengetahuan yang dapat diperoleh melalui persepsi indrawi. Pengalaman itu mungkin bersumber pada pengalaman yang langsung, atau dari bacaan, atau studi kepustakaan.
Seseorang dapat melakukan pengamatan  secara cermat dengan berlatih diri melihat suatu objek lebih teliti dari jarak yang lebih dekat. Dalam hal ini tentu saja diperlukan konsentrasi dan minat yang memadai. Jika tidak memiliki perhatian dan minat terhadap detail sesuatu, maka hanya akan menangkap ketentuan umum yang kerap kali kurang jelas. Dengan demikian seseorang juga tidak akan menggunakan diksi yang spesifik untuk detail tertentu di dalam tulisan itu. Misalnya sesudah  pengamatan kesehatan anak-anak nelayan di suatu desa nelayan, kita hanya mengemukakan kesimpulan bahwa kesehatan mereka tidak memuaskan. Tidak dikemukakan misalnya penyakit apa yang terdapat dikalangan anak-anak itu, penyebabnya, beberapa persen yang meninggal akibat penyakit itu, dan sebagian. Akan tetapi, yang harus diingat bahwa detail bahwa detail itu saja dikemukakan sesuai dengan tujuan penulisan.
Bahan yang diperoleh dari pengalaman, dapat dipakai sebagai unsur inferensi. Inferensi itu mengandung unsur pemikiran subjektif penulis. Jadi, merupakan karya pribadi penulis itu berdasarkan bahan asli.
Infrenbsi dapat diperoleh dengan cara analisis  atau sistesis . analsis ialah proses penguraian sesuatu kedalam bagian-bagian, sedangkan sistesis ialah prose penggabungan kembali bagian-bagain yang terpisahkan kedalam suatu kebulatan baru.
Contoh     :   Seorang siswa SMA mencoba menghafalkan sanjak yang cukup panjang. Mula-mula ia mempelajari bait demi bait, kemudian antara bait-bait lalu diperhatikannya sebagai urutannya. Akhirnya ia dapat menghafalkan sanjak tersebut dan mendeklarasikannya dengan baik.
Pekerjaan memecahkan sanjak kedalam bait dan baris kemudian mempelajari/menelaah, merupakan contoh analisis. Bagian-bagian yang sudah dipahami dengan jelas itu kemudian disentesiskan, yaitu dengan menghafalkan dan mendeklarasikan sebagai suatu sanjak yang utuh.
Sumber bahan yang penting, disamping pengamatan langsung ialah pengamatan tak langsung melalui bacaan. Proses yang terjadi pada pengamatan ini lebih kompleks. Pada waktu membaca, sesorang akan berhadapan dengan dua macam pengamatan, yaitu pengamatan penulis dan pengamatan sendiri. Disamping itu juga akan menghadapi dua inferensi, yaitu inferensi penulis berdasarkan pengalamnya, dan inferensi yang dilakukan berdasarkan atas bacaan. Yang penting di sini ialah bagaimana tanggapan tentang bacaan itu. Tanggapan tersebut mungkin berupa interpretasi, yaitu memebrikan arti terhadap bacaan. Atau berupa kritis, yaitu jika memberikan penulaian terhadap.

6.        Kartu Informasi
Kartu informasi, ialah kartu yang dipakai mencatat bahan-bahan yang diperoleh dari berbagai sumber. Pengaturan ini perlu dilakukan terutama dalam persiapan penulisan karya ilmiah yang cukup besar seperti : tesis, disertai, atau karangan besar lainnya dalam bentuk baku.
Kartu informasi sebagiknya dibuat dari kertas yang agak tebal. Ukurannya tergantung pada pertimbangan penulis sendiri. Biasanya 10 X 15 cm atau 8 X 12 cm. Pada kartu ini dicantumkan sumber informasi dan isi informasinya. Kalau sumbernya buku, tuliskan lah pengarang, judul buku, data penerbitan, halaman dan kutipan.
Informasi yang diperoleh dari bacaan mungkin ditulis dalam bentuk :
1)   Kutipan, jika disalin kata-kaya dari buku/bacaan disalin tepat seperti aslinya.
2)   Parafse, jika mengungkapkan kembali maksud penulis dengan kata-kata sendiri.
3)   Rangkuman, (ringkasan), jika menyarikan apa ynag dibaca.
4)   Evaluasi atau ulasan, jika mengemukakan reaksi terdapat gagasan yang dikemukakan penulis.
Bahan-bahan yang sudah terkumpul, diklasifikasikan menurut kriteria sesuai dengan keperluan. Klasifikasi, seperti juga analogi, pada dasarnya merupakan jenis analisis dan sintesis. Dalam klasifikasi kita mengambil sesuatu dari konteksnya semula (bacaan, pengalaman, dan lain-lain) dan mengelompokkan ke dalam kelas-kelas ynag baru berdasarkan kriteria tertentu. Kelas-kelas yang dibentuk dengan cara itu merupakan konsep baru hasil sintesis sendiri berdasarkan konsep ynag sudah ada.
Contoh kartu informasi :
1.   Kutipan

Proses morfologi
“Proses morfologi ialah proses pembentukan kata-kata dari bentuk lain yang merupakan bentuk dasarnya.
Ramlan, morfologi (suatu tinjauan Deskriptif, jakyakarta : UP Karyono, 1980) Hlm. 27

 





Pada kartu di atas merupakan kutipan sesuai dengan tulisan aslinya
2.   Parafse
Anak Berbakat
Ditinjau dari umur serta tingkat kemampuan mentalnya dan dibandingkan dengan pelayanan pendidikan yang diterimanya, anak berbakat adalah anak yang sangat berkelainan.

S.C.U. Munandar, ed., Anak-anak Berbakat : Pembinaan dan Pendidikannya (Jakarta : Rajawali, 1982), Hlm. 15

Administrasi Negara
Administrasi negara dilaksanakan berdasarkan UUD 1945. Tugasnya mencakup semua aspek kehidupan nasional bangsa.

Sahono, Soebroto, ed., Wawasan Nusantara 9jakarta : Surya Indah, 1982), Jlm 7

 







3.   Ringkasan







Perhatikan bahwa pada kartu-kartu di atas selalu dicantumkan sumber secara lengkap. Hal ini akan memudahkan dalam membaut catatan kaki dan daftar kepustakaan.













Pengutipan


BAB XIII
PENGUTIPAN

Sasaran Belajar
Setelah mempelajari materi bab ini, mahasiswa diharapkan mampu :
1.            Menjelaskan tujuan membuat kutipan;
2.            menjelaskan cara-cara mengutip berupa kutipan langsung dan kutipan tak langsung;
3.            menyebutkan beberapa prinsip pengutipan;
4.            menjelaskan cara membuat kutipan pada catatan kaki;
5.            melakukan pengutipan secara baik dalam penulisan;

1.      Pendahuluan
Dalam penulisan-penulisan ilmiah, baik penulisan artikel-artikel ilmiah, karya- karya tulis, maupun penulisan tugasi, dan disertasi-disertasi sering kali dipergunakan kutipan-kutipan untuk menegaskan isi uraian, atau untuk membuktikan apa yang dikatakan.
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang, atau ucapan seseorang yang terkenal, baik terdapat dalam buku-buku maupun majalah- majalah, dan surat kabar. Kutipan juga dapat diambil dari sumber lisan, yaitu dari ucapan lisan seperti pidato atau diskusi. Penulis cukup mengutip pendapat yang dianggapnya benar itu dengan menyebutkan di mana pendapat itu dibaca atau didengarkannya, sehingga pembaca dapat mencocokan kutipan itu dengan sumber aslinya.
Walaupun kutipan atas pendapat seorang ahli itu diperkenalkan, tidaklah berarti bahwa sebuah tulisan seluruhnya dapat terdiri dari kutipan-kutipan. Penulis harus bisa menahan dirinya untuk tidak terlalu banyak menggunakan kutipan supaya karangannya jangan dianggap sebagai suatu himpunan dari berbagai macam pendapat. Garis besar kerangka karangan, serta kesimpulan-kesimpulan yang dibuat merupakan pendapat penulis sendiri. Sebaikya kutipan-kutipan hanya berfungsi sebagai bahan untuk menunjang pendapatnya itu.
Menurut jenisnya kutipan dapat dibedakan atas kutipan langsung dan kutipan tidak langsung (kutipan isi). Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat dari sebuah aslinya.
Sebaliknya kutipan tidak langsung adalah pinjaman pendapat seorang pengarang atau tokoh terkenal berupa inti sari atau ikhtisar dari pendapat tersebut.
Perbedaan antara kedua jenis kutipan ini harus benar-benar diperhatikan karena akan membawa konsekuensi yang berlainan bila dimasukkan dalam teks. Dalam hubungan ini cara mengambil bahan-bahan dari buku-buku pada waktu mengumpulkan data akan sangat membantu. Kutipan langsung harus dimasukkan dalam tanda kutip, sedangkan kutipan tak langsung tidak dapat diapit oleh tanda kutip.
Dalam mengambil kutipan, hendaknya kutipan itu jangan terlalu panjang, misalnya satu halaman atau lebih. Bila demikian halnya, pembaca sering lupa bahwa apa yang dibacanya itu seluruhnya merupakan kutipan. Sebaliknya kutipan  hendaknya diambil seperluya saja, sehingga tidak merusak atau tidak menganggu uraian yang sebenarnya. Bila penulis menganggap perlu memasukkan kutipan yang panjang, maka lebih baik memasukkannya dalam bagian apendiks atau lampiran.
Selain kutipan yang di ambil dari buku-buku atau majalah-majalah, ada pula kutipan yang di ambil dari penuturan lisan. Penuturan lisan ini bisa terjadi melalui wawancara atau ceramah-ceramah. Namun, kutipan semacam ini dalam karya-karya ilmiah akan kurang nilainya kalau disajikan begitu saja. Agar nilainya lebih dapat dipertanggungjawabkan, maka harus dimintakan pengesahaya lagi dari orang yang bersangkutan.

Prinsip-prinsip Mengutip
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh penulis pada waktu membuat kutipan, antara lain :
1)        Jangan mengadakan perubahan
Pada waktu mengadakan kutipan langsung, pengarang tidak boleh mengubah kata-kata atau teknik dari teks aslinya. Bila pengarang menganggap perlu untuk mengadakan perubahan tekniknya, maka ia harus menyatakan atau memberi keterangan yang jelas bahwa telah diadakan perubahan tertentu. Misalnya dalam naskah aslinya tidak ada kalimat atau bagian kalimat yang diletakkan dalam huruf miring (kursif) atau digaris bawahi, tetapi oleh pertimbangan penulis, kata-kata atau bagian kalimat tertentu itu diberi huruf tebal, huruf miring, atau direnggangkan. Pertimbangan untuk mengubah teknik itu bisa bermacam-macam : untuk memberi aksentuasi (tekanan), contoh, pertentangan, dan sebagainya. Dalam hal yang demikian, penulis harus memberi keterangan dalam tanda kurung segi empat […] bahwa perubahan itu dibuat sendiri oleh penulis, dan tidak ada dalam teks aslinya. Keterangan dalam tanda kurung segi empat itu, misalnya berbunyi sebagai berikut : [huruf miring dari saya, penulis].
2)                Bila ada kesalahan
Bila dalam kutipan itu terdapat kesalahan atau keganjilan, entah dalam persoalan atau dalam soal-soal ketaabahasaan, penulis tidak boleh memperbaiki kesalahan-kesalahan itu. Ia hanya mengutip sebagaimana adanya. Demikian pula halnya kalau penulis tidak setuju dengan suatu bagian dari kutipan itu.
Dalam hal terakhir ini, kutipan tetap dilakukan, hanya penulis diperkenankan mengadakan perbaikan atau catatan terhadap kesalahan tersebut. Perbaikan atau catatan itu dapat ditempatkan dalam tanda kurung segi empat […] seperti halnya dengan perubahan teknik seperti telah kemukakan di atas. Catatan dalam tanda kurung segi empat itu langsung ditempatkan dibelakang kata atau unsur yang hendak diperbaiki, diberi catatan, atau yang disetujui itu. Misalnya kalau kita tidak setuju dengan bagian itu, maka biasanya diberi catatan singkat [sic].
Kata sic yang ditempatkan dalam tanda kurung segi empat menujukkan bahwa penulis tidak bertanggung jawab atas kesalahan itu, ia sekedar mengutip sesuai dengan apa yang terdapat dalam naskah aslinya.
Contoh :
            “Demikian juga dengan data bahasa yang lain dalam karya tulis ini kami selalu berusaha mencari bentuk kata yang mendukung makan [sic] sentral/distribusi yang terbanyak sebagai bahan dari daftar Swadesh.”
Kata makan dalam kutipan di atas sebenarya salah cetak; seharusnya makna. Namun, dalam kutipan, penulis tidak boleh langsung memperbaiki kesalahan itu. Ia harus memberi catatan bahwa ada kesalahan dan ia sekedar mengutip sesuai aslinya. Untuk karya-karya ilmiah penggunaan sic dalam tanda segi empat yang ditempatkan langsung dibelakang kata atau bagian yang bersangkutan, dirasakan lebih mantap.
3)   Menghilangkan bagian kutipan
              Dalam kutipan-kutipan diperkenankan pula menghilangkan bagian- bagian tertentu dengan syarat bahwa penglihatan bagian itu tidak boleh mengakibatkan perubahan makna aslinya atau makna keseluruhannya. Penghilangan bagian itu biasanya dinyatakan dengan mempergunakan tiga titik spasi (…). Jika unsur yang dihilangkan itu terdapat pada akhir sebuah kalimat, maka ketiga titik berspasi itu ditambah sesudah titik yang mengakhiri kalimat itu. Bila bagian yang dihilangkan itu terdiri dari satu alinea atau lebih, maka biasanya dinyatakan dengan titik berspasi sepanjang satu baris halaman. Bila ada tanda kutip, maka titik-titik itu baik pada awal maupun pada akhir kutipan harus dimasukkan dalam tanda kutip sebab unsur yang dihilangkan itu dianggap sebagai bagian dari kutipan.
Contoh bagian kalimat yang dihilangkan :
Naskah asli
Demikian pula nilai sosial kata harus sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, antara lain apakah ada kata-kata yang tabu, sakral, atau yang berkonotasi lain.
Kutipan
“Demikian pula nilai sosial kata harus sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, ….. .”
Contoh bagian alinea yang dihilangkan :
Naskah asli
Kaidah sosial berhubungan erat dengan persyaratan kesesuaian pemilihan kata. Kata yang digunakan harus sesuai dengan kesempatan atau situasi yang dimasuki. Pada situasi resmi (formal) digunakan kata-kata baku, sedangkan pada situasi tidak resmi (nonformal) dapat digunakan kata-kata nonbaku. Situasi masyarakat pendengar dan pembaca yang menjadi sasaran harus diperhatikan, baik umurnya, golongannya, maupun pendidikannya.
Kutipan
“Kaidah sosial berhubungan erat dengan persyaratan kesesuaian pemilihan kata. Kata yang digunakan harus sesuai dengan kesempatan atau situasi yang dimasuki………….

Cara-cara mengutip
                          Perbedaan antara kutipan langsung dan kutipan tidak langsung (kutipan isi) akan membawa akibat yang berlainan pada saat memasukannya dalam teks. Begitu pula cara membuat kutipan itu. Agar tiap-tiap jenis kutipan dapat dipahami dengan lebih jelas, perhatikanlah cara-cara berikut :
1)        Kutipan langsung yang tidak lebih dari empat baris
              Sebuah kutipan langsung yang panjangnya tidak lebih dati empat baris ketikan, akan dimasukkan dalam teks dengan cara-cara sebagai berikut :
(a)     kutipan itu diintegrasikan langsung dalam teks;
(b)     kutipan itu diapit dengan tanda kutip;
(c)     jarak antara baris dengan baris dua spasi;
(d)     sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukkan setengah spasi ke atas, atau dalam tanda kurung di tempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.
Contoh :
     Arti detugasi dapat kita lihat melalui batasan-batasan berikut : “Detugasi atau pemberian merupakan sebuah bentuk yang bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan.”¹
Atau :
              Arti detugasi dapat kita lihat melalui batasan-batasan berikut : “Detugasi atau pemberian merupakan sebuah bentuk yang bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan” (Gorys, 1981 : 93).
2)             Kutipan langsung yang lebih dari empat baris
              Kutipan langsung yang panjangnya lebih  dari empat baris ketikan ditulis dengan cara-cara berikut :
a)             Kutipan itu dipisahkan dari teks dengan jarak dua setengah spasi;
b)             Jarak antara baris dengan baris kutipan satu spasi;
c)             Kutipan itu dapat diapit atau tidak dengan tanda kutip;
d)            Sesudah kutipan diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas, atau ditempatkan dalam tanda kurung nama sigkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu;
e)             Seluruh kutipan dimasukkan ke dalam 5-7 ketikan; bila kutipan itu dimulai dengan alinea baru, maka baris pertama dari kutipan itu dimasukkan ke dalam lagi 5-7 ketikan.
Contoh :
                                                                                                                                    ...........            
Terjemahan karya ilmiah dalam bahasa Indonesia banyak yang tidak memuaskan karena para penterjemahan (suatu aspek lingustik terapan yang telah menjadi disiplin ilmiah tersendiri).
          Misalnya salah satu terjemahan buku ilmiah pengetahuan popular diperkaitkan dengan :
                        “Suatu fikiran yang telah tersebar dengan luas sekali di kalangan orang banyak yang menggambarkan buku-buku sebagai benda-benda tak berjiwa, tidak effektif [sic!], serba damai yang pada tempatya sekali berada dalam kelindungan-kelindungan sejak dan ketenangan akademis dari biara-biara dan universitas-universitas dan tempat-tempat pengasingan dari yang lain yang jauh dari dunia yang jahat dan matrealistis ini.”¹ atau (Asrul Sani, 1959:7).

          Kadang-kadang terjadi bahwa dalam kutipan itu terdapat lagi kutipan. Dalam hal ini dapat ditempuh dua cara :
1)             Mempergunakan tanda kutip ganda (”…”) bagi kutipan asli dan tanda kutip tunggal (’…’) bagi kutipan dalam kutipan itu, atau sebaliknya;
2)             Bagi kutipan asli tidak dipergunakan tanda kutip, sedangkan kutipan dalam kutipan itu mempergunakan tanda kutip ganda.
Contoh :
                                                                                                                                   
          Masih ada pendapat lain tentang konflik itu. Untuk tidak salah tanggap, pembicara kutip di sini sepenggal tanggapan MH. Rustandi Kartakusuma tentang apa itu sebenarnya yang disebut Dramatik, dalam prakatanya dramanya : merah semua putih semua :
                        “Dramatik timbul oleh pertentangan (konflik); pertentangan dengan alam atau Tuhan, dengan diri sendiri, dengan manusia sesama, dengan lingkungan. Pertentangan menimbulkan lakon, menimbulkan plot (alur) atau intrigue.
                        Akan tetapi pertentangan sendiri dimungkinkan oleh apa? Apa sumber pertentangan?
                        Syahdan sumber pertentangan adalah lain selain jiwa manusia. Jiwa manusia sebagai benda logam yang berat bermuatan listrik. Bila bertemu dengan benda yang lain yang berlistrik maka timbullah dramatik : ‘Sebelum kutarik handle ini dan electron berloncatan dari kutub ke kutub ungu gelora panas-bangis . . .’
                        Jadi, dasar dramatik yang paling dalam adalah kejiwaan manusia, ‘benda bermuatan listrik’, yang voltasenya lebih dari seribu.
3)        Kutipan tak langsung
              Dalam kutipan tak langsung biasanya inti atau sari pendapat itu yang dikemukakan. Sebab itu, kutipan tak langsug tidak boleh mempergunakan tanda kutip. Beberapa syarat harus diperhatikan untuk membuat kutipan tak langsung :
(a)     kutipan itu diintegrasikan dengan teks;
(b)     jarak antara baris dengan baris dua spasi;
(c)     kutipan tidak dapat diapit dengan tanda kutip;
(d)     sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan spasi ke atas, atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.
Contoh :
                                                                                                                                    ...........                        
          Pertama-tama harus dibedakan dahulu atara kata ‘aksen’ dan ‘tekanan’. Dalam tata istilah ilmu bahasa ‘aksen’ tidak sama dengan ‘tekanan’. Aksen lebih luas maknanya daripada tekanan. Tata aksen dalam suatu bahasa memperbedakan suku-suku kata (yang sama bentuk foneiksegmentalnya) dengan jalan titinada, kontur lagu, jangka bunyi, dan tekanan. Dengan kata lain, tekanan itu hanya satu bagian dari kata aksen, di samping unsur titinada, kontur dan jangka. (Hockett, 1955:43-66).
                                                                                                                                   
          Kutipan tak langsung di atas merupakan inti sari dari uraian yang lebih panjang dalam tulisan Hockett.
4)        Kutipan pada catatan kaki
          Selain dari kutipan yang dimasukkan dalam teks seperti telah diuraikan di atas, (baik kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung), ada pula kutipan yang ditempatkan pada catatan kaki. Bila cara demikian yang dipergunakan, maka kutipan demikian selalu ditempatkan dalam spasi rapat, biarpun kutipan itu singkat saja. Demikan juga kutipan itu selalu dimasukkan dalam tanda kutip, dan dikutip seperti teks aslinya. Cara ini juga memudahkan pembaca untuk memeriksanya kembali.
Contoh :
                                                                                                                                   
Berbagai penyelidikan tentang akulturasi yang dilakukan oleh para sarjana ilmu antropologi-budaya bangsa Amerika memang telah menunjukkan bahwa penyelidikan-penyelidikan akan peristiwa perpaduan kebudayaan yang dipandang dari sudut kompleks-kompleks unsur-unsur yang khusus, telah memberi hasil yang memuaskan. Karena itu, Herskovits beranggapan bahwa pandangan serupa itulah pandangan yang paling berguna di dalam penyelidikan akulturasi.²
                                                                                                                                   
          Pada catatan kaki halaman yang sama, di bawah nomor urut penunjukkan 2, dapat dibaca sebuah kutipan langsung seperti di bawah ini :
________________
          ² Kata beliau : “However desirable studies of changes in whole culture my thus be, it seems mos advantageous in al practice for the student to analyse into its components the culture that has experienced contact … one can no more study ‘whole cultures’ than one take as the subject for a specific research project the human body in its entrety …” (M.J. Herskovits, 1948:536)
5)        Kutipan atas ucapan lisan
          Dalam karya-karya ilmiah atau tulisan-tulisan lainya, sering pula dibuat kutipan-kutipan atas ucapan-ucapan lisan, entah yang diberikan dalam ceramah-ceramah, kuliah-kuliah atau wawancara-wawancara sebenarnya kutipan atas sumber semacam ini sulit dipercaya, kecuali mungkin ucapan yang disampaikan seorang tokoh yang penting dalam suatu kesempatan yang luar biasa, serta dapat diikuti oleh masyarakat luas.
          Bila penulis ingin memasukkan juga kutipan semacam ini di dalam tulisannya, maka sebaiknya ia memperhatikan naskah kutipan itu terlebih dahulu kepada orang yang memberi keterangan itu untuk mendapatkan pengesahannya. Kalau ada kekurangan atau kesalahan dapat diadakan perbaikan terlebih dahulu oleh yang bersangkutan. Dengan demikian timbul bantahan atau hal-hal yang tidak diingikan kemudian hari.
          Sumber ucapan lisan itu tidak dapat dimasukkan langsung dalam teks, dapat pula dimasukkan dalam catatan kaki seandainya menganggu jalannya teks itu sendiri.
Contoh dengan cara yang pertama :
                                                                                                                                   
          Dalam menjawab Nota Keuangan & RAPBD Daerah Khusus Ibukota tahun 1973, tanggal 2 Februari 1973, Gubernur Ali Sadikin mengatakan antara lain : ”… Tetapi apabila kita jujur berkenan melihat persoalan itu pada perspektif yang lebih luas dan pada proporsi yang wajar, maka terlihat bahwa kepentingan umum memang benar menuntut adanya pengorbanan-pengorbanan …”
                                                                                                                                   
Contoh dengan cara yang kedua :
                                                                                                                                   
            Dalam usaha meremajakan Ibukota, Pemerintah DKI jaya selalu berusaha memperkecil pengorbanan. Pengorbanan inilah yang pada instansi pertama sering dirasakan membawa akibat yang kurang menyenangkan bagi sementara pihak yang terkena ketentuan itu.  Kepentingan umum akhirnya menuntut yang demikian, sebagaimana yang ditegaskan dengan kata-kata berikut : “…Tetapi apabila kita jujur berkenan melihat persoalan itu pada perspektif yang lebih luas dan pada proporsi yang wajar, maka terlihat bahwa kepentingan umum memang benar menuntut adanya pengorbanan-pengorbanan …”²
                                                                                                                                   
            Pada catatan kaki dengan nomor urut penujuk 2 dapat dibaca keterangan sebagai berikut :
_____________________________
            ² Gubernur Ali Sadikin, dalam menjawab Nota Keuangan RAPBD 1973, tanggal 2 Februari 193.

            Jadi, keterangan mengenai sumber dan kesempatan sumber itu di ucapkan dapat diintegrasikan dengan teks (cara pertama); dapat pula ditempatkan sebagai keterangan pada catatan kaki (cara kedua).