Jumat, 27 April 2012

Makalah Kerangka Karangan


BAB  I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diambil rumusan masalahnya sebagai berikut:
1.    Apa pengertian dari kerangka karangan?
2.    Apa manfaat kerangka karangan?
1.3    Tujuan
1.    Kita dapat mengetahui apa itu kerangka karangan,
2.     



BAB   II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Kerangka Karangan
Jarang terdapat orang-orang yang langsung menuangkan isi pikirannya sekaligus secara teratur, terperinci dan sempurna diatas kertas. Pada umumnya penulis pertama-tama harus membuat sebuah bagan atau rencana kerja,  yang setiap kali dapat mengalami perbaikan dan penyempurnaan sehingga dicapai bentuk yang lebih sempurna. Untuk membuat perencanaan semacam itu diperlukan metode yang teratur, sehingga pada waktu menyusun bagian-bagian dari topik yang akan di garap itu dapat dilihat hubungan yang jelas antara satu bagian dengan bagian-bagian yang lain, bagian mana yang sudah baik dan bagian mana yang masih memerlukan penyempurnaan. Metode yang biasa dipakai untuk maksud tersebut disebut kerangka karangan atau outline.
Sebuah kerangka karangan mengandung rencana kerja, memuat ketentuan-ketentuan pokok bagaimana suatu topik harus diperinci dan dikembangkan. Kerangka karangan menjamin suatu penyusunan yang logis dan teratur, serta memungkinkan seorang penulis membedakan gagasan-gagasan utama dari gagasan-gagasan tambahan. Sebuah kerangka karangan tidak boleh diperlakukan sebagai suatu pedoman yang kaku, tetapi selalu dapat mengalami perubahan dan perbaikan untuk mencapai seuatu bentuk yang semakn lebih sempurna. Kerangka karangan dapat berbentuk catatan-catatan sederhana, tetapi dapat juga berbentuk mendetail, dan digarap dengan sangat cermat. Secara singkat dapat dikatakan kerangka karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang.
2.2    Manfaat kerangka karangan
Mengapa metode ini sangat dianjurkan kepada para penulis, terutama kepada mereka yang baru mulai menulis ?
Karena metode ini akan membantu setiap penulis untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu dilakukan. Atau secara terperincidapat dikatakan bahwa kerangka karangan dapat membantu penulis dalam hal-hal berikut :
a.    Untuk menyusun karangan secara teratur. Kerangka karangan membantu penulis untuk melihata wujud gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, harmonojis dalam perimbangannya. Dengan kata lain, apakah tesis atau pengungkapan maksud sudah disusun dalam pola teratur atau tidak.
b.    Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda. Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu. Namun sebelum mencapai klimaks dari seluruh karangan itu terdapat sejumlah bagian yang berbeda-beda kepentingannya terhadap klimaks yang utama tadi. Tiap bagian jua mempunyai klimaks tersendiri dalam bagiannya. Supaya pembaca dapat terpikat secara terus-menerus menuju kepada klimaks utama, maka susunan bagian-bagian haris diatur pula sekian macam sehingga tercipta klimaks yang berbeda-beda yang dapat memikat perhatian pembaca.
c.    Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih. Ada kemungkinan suatu bagian perlu dibicarakan dua kali atau lebih, sesuai dengan kebutuhan dari tiap karangan itu. Namun penggarapan topik sampai dua kali atau lebbih tidak perlu. Kalau hal itu hanya akan membawa efek yang tidak menguntungkan misalnya : bila penulis tidak sadar betul maka pendapatnya mengenai topik yang sama pada bagian terdahulu lain, sedangkan pada bagian kemudian bertentang dengan terdahulu. Hal ini tidak dapat diterima, bahwa dalam satu karangan yang sama terdapat pendapat yang bertentangan satu sama lain. Di pihak lain menggarap suatu topik lebih dari satu kali hanya membuang waktu, tenaga dan materi. Kalau memang tidak dapat dihindari maka penulis harus menetapkan pada bagian topik tadi harus diuraikan, sedangkan bagian yang lain cukup dengan menunjuk kembali kepada bagian yang lain tadi (lihat selanjutnya   catatan kaki).
d.   Memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu. Dengan mempergunakan perincian-perincian dalam kerangka karangan penulis dengan mudah akan mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau membuktikan pendaapatnya. Atau data dan fakta yang telah dikumpulkan dan dipergunakan untuk bagian-bagian mana dari karangannya itu.
e.    Bila seorang pembaca kelak menghadapi karanga yang telah siap, ia dapat menyusutkanya kembali kepada kerangka karangan yang hakekatnya sama dengan apa yang telah dibuat pengarangnya. Dengan penyusutan ini pembaca akan melihat wujud, gagasan, struktur, serta nilai umum dari karangan itu. Kerangka karangan merupakan miniatur atau tropotipe dari sebuah karangan. Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti, dianalisa, dan dipertimbangkan secara menyeluruh, bukan secara terlepas-lepas. Dengan demikian : tesis/ pengungkapan maksud = kerangka karangan = karangan = ringkasan.
2.3    Penyusunan kerangka karangan
Suatu kerangka karangan yang baik tidak sekali dibuat. Penulis selalu akan berusaha menyempurnakan bentuk yang pertama, sehingga bisa diperoleh bentuk yang lebih baik, demikian seterusnya. Untuk itu dapat dikemukakan langkah yang perlu diikuti, terutama bagi mereka yang baru mulai menulis. Langkah-langkah ini tidak mutlak harus diikuti oleh penulis-penulis yang sudah mahir. Seoarang penulis yang sudah bisa dengan tulisan-tulisan yang kompleks, akan dengan mudah menyusun suatu kerangka karangan yang baik. Namun sebelum seorang penulis baru mahir menyusun sebuah karangan ia memerlukan beberap tuntunan.
Langkah-langkah sebagai tuntunan yang harus diikuti adalah sebagai berikut :
a.       Rumuskan tema yang jelas berdasarkan suatu topik dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi. Tema yang dirumuskan untuk kepentingan suatu kerangkan karangan haruslah berbentuk tesis atau pengungkapan maksud.
b.      Langkah yang kedua adalah mengadakan invetarisasi topik-topik bawahan yang dianggap merupakan perincian dari tesis atau pengungkapan maksud tadi. Dalam hal ini penuli boleh mencatat banyak-banyaknya topik-topik yang terlintas dalam pikirannya, dengan tidak perlu langsung mengadakan evaluasi terhadap topik-topik tadi.
c.       Langkah yang ke tiga adalah penulis berusaha mengadakan evaluasi semua topik yang telah tercatat pada langkah kedua diatas. Evaluasi tersebut dapat dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut :
Pertama :    apakah semua topik yang tercatat mempunyai pertalian (relevansi) langsung dengan tesis atau pengungkapan maksud. Bila ternyata sama sekali tidak ada hubungan maka topik tersebut dicoret dari daftar diatas.
Kedua :       Semua topik yang masih dipertahankan kemudian dievaluasi lebih lanjut.
                    Apakah ada dua topik atau lebih yang sebenarnya merupakan hal yang sama, hanya dirumuskan dengan cara yang berlainan. Bila ternyata terdapat kasus yang semacam itu, maka harus diadakan perumusan baru yang mencakup semua topik tadi.
Ketiga :       Evaluasi lebih lanjut ditunjukkan kepada persoalan : apakah semua topik itu sama derajatnya, atau ada topik yang sebenarnya merupakan bawahan atau perincian dari topik yang lain. Bila ada masukan topik bawahan itu kedalam topik yang dianggap lebih tinggi kedudukannya.
                    Bila topik bawahan itu hanya ada satu usahakan dengan dilengkapi dengan topik-topik bawahan yang lain.
Keempat :    Ada kemungkinan bahwa ada dua topik atau lebih yang kedudukannya sederajat, tetapi lebih rendah dari topik-topik yang lain bila terdapat hal yang demikian, maka usahakanlah untuk mencari satu topik yang lebih tinggi yang akan membawahi.
d.      Untuk mendapatkan sebuah kerangka yang sangat terperinci maka langkah kedua dan ketiga dikerjakan berulang-ulang untuk menyusun topik-topik yang lebih rendah tingkatannya.
e.       Sesudah semuanya siap masih harus dilakukan langkah yang terakhir, yaitu menentukan sebuah pola susunan yang paling cocok untuk mengurutkan semua perincian dari tesis atau pengungkapan maksud sebagai yang telah diperoleh dengan mempergunakan semua langkah diatas. Diperoleh dengan mempergunakan perincian akan disusun kembali sehingga akan diperoleh sebuah kerangka karangan yang baik.
2.4    Pola susunan kerangka karangan
Untuk memperoleh suatu susunan kerangka karangan yang teratur, biasanya dipergunakan beberapa cara atau tipe susunan. Pola susunan yang paling utama adalah pola alamiah dan pola logis. Pola alamiah dari suatu kerangka karangan biasanya didasarkan atas urutan-urutan kejadian, atau urutan-urutan tempat atau ruang. Sebaliknya pola logis walaupun masi ada sentujan dengan keadaan yang nyata, tetapi lebih dipengaruhi oleh jalan pikiran manusia yang menghadapi persoalan yang tengah digarap itu.
Susunan alamiah dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu :
a.         Urutan Waktu (Kronologis)
Urutan waktu atau urutan kronologis adalah urutan yang di dasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap-tahap kejadian. Yang paling mudah dalam pola urutan ini adalah mengurutkan peristiwa menurut urutan kejadiannya atau berdasarkan kronoliginya ; peristiwa yang satu mendahului yang lain , atau suatu peristiwa mengikuti persitiwa yang lain. Sering suatu peristiwa hanya akan menjadi penting bila dilihat dalam rangkaian dengan peristiwa-peristiwa lainnya. Biasanya peristiwa yang pertama sama sekali tidak menarik perhatian, sampai rangkaian kejadian itu mengalami perkembangan.
Suatu corak lain yang dari urutan kronologis yang sering dipergunakan dalam roman, novel, cerpen, dan dalam bentuk karangan naratif lainnya, dalam suatu variasi yang mulai dengan suatu titik yang menegangkan, kemudian mengadakan Sorot-balik (fleshback) sejak awal mula perkembangan hingga titik yang menegangkan tadi. Uraian selanjutnya mencakup perkembangan sesudah apa yang dikemukakan dalam bagian pertama yaitu titik yang menegangkan tadi.
Urutan kronologis adalah urutan yang paling umum, tetapi juga merupakan satu-satunya cara yang kurang menarik dan paling lemah. Sering, terutama dalam menjelaskan satu proses, urutan ini merupakan cara yang esensial.
b.          Urutan Ruang (Spasial)
Urutan ruang atau urutan spasial menjadi landasan yang paling penting, bila topik yang diuraikan mempunyai pertalian yang sangat erat dengan ruang atau tempat, urutan ini terutama digunakan dalam tulisan-tulisan yang bersifat deskriptif.
c.         Urutan Pemecahan Masalah
Urutan pemecahan masalah dimulai dari urutan suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut. Sekurang-kurangnya uraian yang mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi, kedua, analisa mengenai sebab-sebab atau akibat-akibat dari persoalan dan akhirnya alternatif-alternatif untuk jalan keluar dari masalah yang dihadapi tersebut.
Dengan demikian untuk memecahkan masalah tersebut secara tuntas, penulis harus benar-benar menemukan sebuah sebab baik yang langsung maupun tidak langsung bertalian dengan masalah tadi. Setiap masalah hanya dapat dikatakan dengan masalah kalau akibat-akibat yang ditimbulkan telah mencapai titik kritis. Sebab itu untuk memecahkan masalah tersebut tidak bisa hanya terbatas pada penemuan sebab-sebab, tetapi juga harus menemukan semua akibat baik yang langsung maupun yang tidak langsung, yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi kelak.
Sebuah panitia yang dibentuk untuk mengatasi masalah bencana alam yang terjadi karena banjir yang melanda suatu daerah, tidak akan berhasil kalau ia hanya bertugas untuk mengumpulkan bahan makanan atau pakaian bagi yang ditimpa musibah. Ia harus menganalisa mengapa sampai terjadi banjir, di samping  menemukan akibat-akibat yang terjadi.
d.        Urutan Umum-Khusus
Urutan umum-khusus terdiri dari dua corak yaitu dari umum ke khusus, atau dari khusus ke umum.
Urutan yang bergerak dari umum ke khusus pertama-tama memperkenalkan dari kelompok-kelompok yang paling besar atau yang paling umum, kemudian menelusuri kelompok-kelompok khusus atau kecil.
Urutan umum ke khusus dapat mengandung implikasi bahwa hal yang umum sudah diketahui penulis, serdangkan tugasnya selanjutnya adalah mengadakan identifikasi sejauh mana hal-hal yang khusus mengikuti pola umum tadi.
e.         Urutan Familiaritas
Urutan familiaritas dimulai degan mengemukakan sesuatu yang sudah dikenal, kemudian berangsur-angsur pindah kepada hal-hal yang kurang dikenal atau belum dikenal. Secara logis memang agak ganjil jika pengarang mulai menguraikan sesuatu yang tidak dikenalnya, atau yang tidak dikenal pembaca.
f.          Urutan Akseptabilitas
Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas mempersoalkan apakah suatu barang atau hal sudah dikenal atau tifak oleh pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan diterima atau tidak oleh para pembaca.
2.5    Macam-macam kerangka karangan.
Macam-macam kerangka karangan tergantung dari dua parameter yaitu : berdasarkan sifat perinciannya, dan kedua berdasarkan perumusan teksnya.
-            Berdasarkan Perincian
a.      Kerangka karangan sementara
Kerangka karangan sementara atau non-formal merupakan suatu alat bantu, sebuah penuntun bagi suatu tulisan yang terarah. Sekaligus ia menjadi dasar untuk penelitian kembali guna mengadakan perombakan-perombakan yang dianggap perlu. Kerangka karangan non-formal biasanya terdiri dari tesis dan pokok-pokok utama, paling tinggi dua tingkat perincian.
b.      Kerangka Karangan Formal
Kerangka karangan yang bersifat formal biasanya timbul dari pertimbangan bahwa topik yang akan digarap bersifat sangat kompleks, atau suatu topik yang sangat sederhana tetapi penulis tidak bermaksud untuk segera menggarapnya.
-            Berdasarkan perumusan teksnya
a.       Kerangka kalimat
Kerangka kalimat mempergunakan kalimat berita yang lengkap untuk merumuskan tiap unit, baik untuk merumuskan tesis maupun untuk merumuskan unit-unit utama dan unit-unti bawahannya.
Penggunaan kerangka kalimat mempunyai beberapa manfaat antara lain :
1.      Ia memaksa penulis untuk merumuskan dengan tepat topik yang akan diuraikan, serta perincian-perincian tetang topik itu.
2.      Perumusan topik-topik dalam tiap unit akan tetap jelas, telah lewat bertahun-tahun.
3.      Kalimat yang dirumuskan dengan baik dan cermat akan jelas bagi siapapun, seperti bagi pengarangnya sendiri.
b.      Kerangka Topik
Kerangka topik dimulai dengan perumusan tesis dalam sebuah kalimat yang lengkap. Sesudah itu semua pokok, baik pokok-pokok utama baik pokok-pokok bawahan, dirumuskan dengan mencantumkan topiknya saja, dengan tidak mempergunakan kalimat yang lengkap.
2.6    Syarat-syarat kerangka yang baik
Secara inklusif dalam bagian tentang penyusunan, pola susunan dan macam-macam kerangka karangan telah diuraikan beberapa segi atau persyaratan untuk menyusun sebuah kerangaka karangan yang baik. Terlepas dari besar-kecilnya kerangka karangan yang dibuat, tiap kerangka karangan yang baik harus memenuhi persyaratan-persyaratan berikut :
a.         Tesis atau Pengungkapan maksud harus jelas
Tesis atau pengungkapan maksud merupakan tema daeri karangan yang akan digarap. Sebab itu perumusan tesis atau pengungkapan  maksud harus dirumuskan dengan jelas dalam struktur kalimat yang baik, jelas menampilkan topik mana yang dijadikan landasan uraian dan tujuan mana  yang  akan dicapai oleh landasan tadi.
b.          Tiap unit dalam kerangka karangan mengandung satu gagasan
Karena tiap unit dalam kerangka karangan, baik unit atasan maupun unit bawahan, tidak boleh mengandung lebih dari satu gagasan pokok, maka akibatnya tidak boleh ada unit yang dirumuskan dalam dua kalimat, atau dalam kalimat majemuk setara, atau kalimat mejemuk bertingkat, atau dalam frasa koordinatif. Bila ada dua atau tiga pokok dimasukkan bersama-sama dalam satu simbol yang sama, maka hubungan strukturnya tidak akan tampak jelas.
c.         Pokok-pokok dalam kerangka
2.7     


P E N U T U P

3.1         Kesimpulan

3.2         Saran



DAFTAR PUSTAKA

alt:a� - m (�p

·         Keempat, pelaksanaan hak dasar warga Negara.


Salah satu ciri Negara demokratis dibawa rule of law adalah terselenggaranya kegiatan pemilihan umum yang bebas. Pemilihan umum merupakan sarana politik untuk mewujudkan kehendak rakyat dalam hal memilih wakil-wakil mereka di lembaga legislatif serta memilih pemegang kekuasaan eksekutif baik itu presiden/wakil presiden maupun kepala daerah.

Pemilihan umum bagi suatu Negara demokrasi berkedudukan sebagai sarana untuk menyalurkan hak asasi politik rakyat. Pemilihan umum memiliki arti penring sebagai berikut:

1.    Untuk mendukung atau mengubah personel dalam lembaga legislative.
2.    Membentuk dukungan yang mayoritas rakyat dalam menentukan pemegang kekuasaan eksekutif untuk jangka tertentu.
3.    Rakyat melalui perwakilannya secara berkala dapat mengoreksi atau mengawasi kekuatan eksekutif.
BAB III
P E N U T U P

3.1    Kesimpulan

Dari semua pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan demokrasi yang baik dan aman dapat membuat keadaan politik dan pemerintahan yang semakin baik dan dewasa dimata internasional. Demokrasi Indonesia harus dijalankan dengan baik oleh semua dukungan kalangan  masyarakat tanpa pandang bulu. Mulai dari kegiatan demokrasi yang paling sederhana sampai dengan kegiatan demokrasi yang paling kompleks didalam pemerintahan Indonesia. Oleh sebab itu untuk dapat menjalankan demokrasi yang baik diperlukan aturan – aturan hukum yang dapat menjadi panutan untuk semua masyarakat agar terciptanya demokrasi yang aman, tentram, serta rukun untuk semua kalangan.

3.2    Saran

Berikut adalah beberapa saran yang dapat digunakan agar keadaan demokrasi di Indonesia dapat semakin berkembang dan dewasa dalam pemerintahan negara. Diharapkan diadakannya dapat tercipta aturan hukum (rule of law) yang tegas yang dapat mengatur demokrasi yang berada diindonesia untuk keadaan masyarakat Indonesia yang aman, damai serta semakin dewasa  pemikiran, untuk perkembangan negara indonesia yang semakin maju dan sejahtera.


D A F T A R   P U S T A K A

ü  Suardi Abubakar, dkk. 2000. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 SMU.Jakarta: Yudhistira.
ü  Hasan Shadily, dkk.1973. Ensiklopedi Umum . Jakarta: Yayasan Dana Buku Franklin Jakarta.
ü  Riyanto Rahmat, dkk. 2011. Demokrasi Indonesia. Bekasi: http://blogriyani.blogspot.com/2011/05/demokrasi-indonesia.html

Tidak ada komentar: