Jumat, 27 April 2012

Pengutipan


BAB XIII
PENGUTIPAN

Sasaran Belajar
Setelah mempelajari materi bab ini, mahasiswa diharapkan mampu :
1.            Menjelaskan tujuan membuat kutipan;
2.            menjelaskan cara-cara mengutip berupa kutipan langsung dan kutipan tak langsung;
3.            menyebutkan beberapa prinsip pengutipan;
4.            menjelaskan cara membuat kutipan pada catatan kaki;
5.            melakukan pengutipan secara baik dalam penulisan;

1.      Pendahuluan
Dalam penulisan-penulisan ilmiah, baik penulisan artikel-artikel ilmiah, karya- karya tulis, maupun penulisan tugasi, dan disertasi-disertasi sering kali dipergunakan kutipan-kutipan untuk menegaskan isi uraian, atau untuk membuktikan apa yang dikatakan.
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang, atau ucapan seseorang yang terkenal, baik terdapat dalam buku-buku maupun majalah- majalah, dan surat kabar. Kutipan juga dapat diambil dari sumber lisan, yaitu dari ucapan lisan seperti pidato atau diskusi. Penulis cukup mengutip pendapat yang dianggapnya benar itu dengan menyebutkan di mana pendapat itu dibaca atau didengarkannya, sehingga pembaca dapat mencocokan kutipan itu dengan sumber aslinya.
Walaupun kutipan atas pendapat seorang ahli itu diperkenalkan, tidaklah berarti bahwa sebuah tulisan seluruhnya dapat terdiri dari kutipan-kutipan. Penulis harus bisa menahan dirinya untuk tidak terlalu banyak menggunakan kutipan supaya karangannya jangan dianggap sebagai suatu himpunan dari berbagai macam pendapat. Garis besar kerangka karangan, serta kesimpulan-kesimpulan yang dibuat merupakan pendapat penulis sendiri. Sebaikya kutipan-kutipan hanya berfungsi sebagai bahan untuk menunjang pendapatnya itu.
Menurut jenisnya kutipan dapat dibedakan atas kutipan langsung dan kutipan tidak langsung (kutipan isi). Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat dari sebuah aslinya.
Sebaliknya kutipan tidak langsung adalah pinjaman pendapat seorang pengarang atau tokoh terkenal berupa inti sari atau ikhtisar dari pendapat tersebut.
Perbedaan antara kedua jenis kutipan ini harus benar-benar diperhatikan karena akan membawa konsekuensi yang berlainan bila dimasukkan dalam teks. Dalam hubungan ini cara mengambil bahan-bahan dari buku-buku pada waktu mengumpulkan data akan sangat membantu. Kutipan langsung harus dimasukkan dalam tanda kutip, sedangkan kutipan tak langsung tidak dapat diapit oleh tanda kutip.
Dalam mengambil kutipan, hendaknya kutipan itu jangan terlalu panjang, misalnya satu halaman atau lebih. Bila demikian halnya, pembaca sering lupa bahwa apa yang dibacanya itu seluruhnya merupakan kutipan. Sebaliknya kutipan  hendaknya diambil seperluya saja, sehingga tidak merusak atau tidak menganggu uraian yang sebenarnya. Bila penulis menganggap perlu memasukkan kutipan yang panjang, maka lebih baik memasukkannya dalam bagian apendiks atau lampiran.
Selain kutipan yang di ambil dari buku-buku atau majalah-majalah, ada pula kutipan yang di ambil dari penuturan lisan. Penuturan lisan ini bisa terjadi melalui wawancara atau ceramah-ceramah. Namun, kutipan semacam ini dalam karya-karya ilmiah akan kurang nilainya kalau disajikan begitu saja. Agar nilainya lebih dapat dipertanggungjawabkan, maka harus dimintakan pengesahaya lagi dari orang yang bersangkutan.

Prinsip-prinsip Mengutip
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh penulis pada waktu membuat kutipan, antara lain :
1)        Jangan mengadakan perubahan
Pada waktu mengadakan kutipan langsung, pengarang tidak boleh mengubah kata-kata atau teknik dari teks aslinya. Bila pengarang menganggap perlu untuk mengadakan perubahan tekniknya, maka ia harus menyatakan atau memberi keterangan yang jelas bahwa telah diadakan perubahan tertentu. Misalnya dalam naskah aslinya tidak ada kalimat atau bagian kalimat yang diletakkan dalam huruf miring (kursif) atau digaris bawahi, tetapi oleh pertimbangan penulis, kata-kata atau bagian kalimat tertentu itu diberi huruf tebal, huruf miring, atau direnggangkan. Pertimbangan untuk mengubah teknik itu bisa bermacam-macam : untuk memberi aksentuasi (tekanan), contoh, pertentangan, dan sebagainya. Dalam hal yang demikian, penulis harus memberi keterangan dalam tanda kurung segi empat […] bahwa perubahan itu dibuat sendiri oleh penulis, dan tidak ada dalam teks aslinya. Keterangan dalam tanda kurung segi empat itu, misalnya berbunyi sebagai berikut : [huruf miring dari saya, penulis].
2)                Bila ada kesalahan
Bila dalam kutipan itu terdapat kesalahan atau keganjilan, entah dalam persoalan atau dalam soal-soal ketaabahasaan, penulis tidak boleh memperbaiki kesalahan-kesalahan itu. Ia hanya mengutip sebagaimana adanya. Demikian pula halnya kalau penulis tidak setuju dengan suatu bagian dari kutipan itu.
Dalam hal terakhir ini, kutipan tetap dilakukan, hanya penulis diperkenankan mengadakan perbaikan atau catatan terhadap kesalahan tersebut. Perbaikan atau catatan itu dapat ditempatkan dalam tanda kurung segi empat […] seperti halnya dengan perubahan teknik seperti telah kemukakan di atas. Catatan dalam tanda kurung segi empat itu langsung ditempatkan dibelakang kata atau unsur yang hendak diperbaiki, diberi catatan, atau yang disetujui itu. Misalnya kalau kita tidak setuju dengan bagian itu, maka biasanya diberi catatan singkat [sic].
Kata sic yang ditempatkan dalam tanda kurung segi empat menujukkan bahwa penulis tidak bertanggung jawab atas kesalahan itu, ia sekedar mengutip sesuai dengan apa yang terdapat dalam naskah aslinya.
Contoh :
            “Demikian juga dengan data bahasa yang lain dalam karya tulis ini kami selalu berusaha mencari bentuk kata yang mendukung makan [sic] sentral/distribusi yang terbanyak sebagai bahan dari daftar Swadesh.”
Kata makan dalam kutipan di atas sebenarya salah cetak; seharusnya makna. Namun, dalam kutipan, penulis tidak boleh langsung memperbaiki kesalahan itu. Ia harus memberi catatan bahwa ada kesalahan dan ia sekedar mengutip sesuai aslinya. Untuk karya-karya ilmiah penggunaan sic dalam tanda segi empat yang ditempatkan langsung dibelakang kata atau bagian yang bersangkutan, dirasakan lebih mantap.
3)   Menghilangkan bagian kutipan
              Dalam kutipan-kutipan diperkenankan pula menghilangkan bagian- bagian tertentu dengan syarat bahwa penglihatan bagian itu tidak boleh mengakibatkan perubahan makna aslinya atau makna keseluruhannya. Penghilangan bagian itu biasanya dinyatakan dengan mempergunakan tiga titik spasi (…). Jika unsur yang dihilangkan itu terdapat pada akhir sebuah kalimat, maka ketiga titik berspasi itu ditambah sesudah titik yang mengakhiri kalimat itu. Bila bagian yang dihilangkan itu terdiri dari satu alinea atau lebih, maka biasanya dinyatakan dengan titik berspasi sepanjang satu baris halaman. Bila ada tanda kutip, maka titik-titik itu baik pada awal maupun pada akhir kutipan harus dimasukkan dalam tanda kutip sebab unsur yang dihilangkan itu dianggap sebagai bagian dari kutipan.
Contoh bagian kalimat yang dihilangkan :
Naskah asli
Demikian pula nilai sosial kata harus sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, antara lain apakah ada kata-kata yang tabu, sakral, atau yang berkonotasi lain.
Kutipan
“Demikian pula nilai sosial kata harus sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, ….. .”
Contoh bagian alinea yang dihilangkan :
Naskah asli
Kaidah sosial berhubungan erat dengan persyaratan kesesuaian pemilihan kata. Kata yang digunakan harus sesuai dengan kesempatan atau situasi yang dimasuki. Pada situasi resmi (formal) digunakan kata-kata baku, sedangkan pada situasi tidak resmi (nonformal) dapat digunakan kata-kata nonbaku. Situasi masyarakat pendengar dan pembaca yang menjadi sasaran harus diperhatikan, baik umurnya, golongannya, maupun pendidikannya.
Kutipan
“Kaidah sosial berhubungan erat dengan persyaratan kesesuaian pemilihan kata. Kata yang digunakan harus sesuai dengan kesempatan atau situasi yang dimasuki………….

Cara-cara mengutip
                          Perbedaan antara kutipan langsung dan kutipan tidak langsung (kutipan isi) akan membawa akibat yang berlainan pada saat memasukannya dalam teks. Begitu pula cara membuat kutipan itu. Agar tiap-tiap jenis kutipan dapat dipahami dengan lebih jelas, perhatikanlah cara-cara berikut :
1)        Kutipan langsung yang tidak lebih dari empat baris
              Sebuah kutipan langsung yang panjangnya tidak lebih dati empat baris ketikan, akan dimasukkan dalam teks dengan cara-cara sebagai berikut :
(a)     kutipan itu diintegrasikan langsung dalam teks;
(b)     kutipan itu diapit dengan tanda kutip;
(c)     jarak antara baris dengan baris dua spasi;
(d)     sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukkan setengah spasi ke atas, atau dalam tanda kurung di tempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.
Contoh :
     Arti detugasi dapat kita lihat melalui batasan-batasan berikut : “Detugasi atau pemberian merupakan sebuah bentuk yang bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan.”¹
Atau :
              Arti detugasi dapat kita lihat melalui batasan-batasan berikut : “Detugasi atau pemberian merupakan sebuah bentuk yang bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan” (Gorys, 1981 : 93).
2)             Kutipan langsung yang lebih dari empat baris
              Kutipan langsung yang panjangnya lebih  dari empat baris ketikan ditulis dengan cara-cara berikut :
a)             Kutipan itu dipisahkan dari teks dengan jarak dua setengah spasi;
b)             Jarak antara baris dengan baris kutipan satu spasi;
c)             Kutipan itu dapat diapit atau tidak dengan tanda kutip;
d)            Sesudah kutipan diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas, atau ditempatkan dalam tanda kurung nama sigkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu;
e)             Seluruh kutipan dimasukkan ke dalam 5-7 ketikan; bila kutipan itu dimulai dengan alinea baru, maka baris pertama dari kutipan itu dimasukkan ke dalam lagi 5-7 ketikan.
Contoh :
                                                                                                                                    ...........            
Terjemahan karya ilmiah dalam bahasa Indonesia banyak yang tidak memuaskan karena para penterjemahan (suatu aspek lingustik terapan yang telah menjadi disiplin ilmiah tersendiri).
          Misalnya salah satu terjemahan buku ilmiah pengetahuan popular diperkaitkan dengan :
                        “Suatu fikiran yang telah tersebar dengan luas sekali di kalangan orang banyak yang menggambarkan buku-buku sebagai benda-benda tak berjiwa, tidak effektif [sic!], serba damai yang pada tempatya sekali berada dalam kelindungan-kelindungan sejak dan ketenangan akademis dari biara-biara dan universitas-universitas dan tempat-tempat pengasingan dari yang lain yang jauh dari dunia yang jahat dan matrealistis ini.”¹ atau (Asrul Sani, 1959:7).

          Kadang-kadang terjadi bahwa dalam kutipan itu terdapat lagi kutipan. Dalam hal ini dapat ditempuh dua cara :
1)             Mempergunakan tanda kutip ganda (”…”) bagi kutipan asli dan tanda kutip tunggal (’…’) bagi kutipan dalam kutipan itu, atau sebaliknya;
2)             Bagi kutipan asli tidak dipergunakan tanda kutip, sedangkan kutipan dalam kutipan itu mempergunakan tanda kutip ganda.
Contoh :
                                                                                                                                   
          Masih ada pendapat lain tentang konflik itu. Untuk tidak salah tanggap, pembicara kutip di sini sepenggal tanggapan MH. Rustandi Kartakusuma tentang apa itu sebenarnya yang disebut Dramatik, dalam prakatanya dramanya : merah semua putih semua :
                        “Dramatik timbul oleh pertentangan (konflik); pertentangan dengan alam atau Tuhan, dengan diri sendiri, dengan manusia sesama, dengan lingkungan. Pertentangan menimbulkan lakon, menimbulkan plot (alur) atau intrigue.
                        Akan tetapi pertentangan sendiri dimungkinkan oleh apa? Apa sumber pertentangan?
                        Syahdan sumber pertentangan adalah lain selain jiwa manusia. Jiwa manusia sebagai benda logam yang berat bermuatan listrik. Bila bertemu dengan benda yang lain yang berlistrik maka timbullah dramatik : ‘Sebelum kutarik handle ini dan electron berloncatan dari kutub ke kutub ungu gelora panas-bangis . . .’
                        Jadi, dasar dramatik yang paling dalam adalah kejiwaan manusia, ‘benda bermuatan listrik’, yang voltasenya lebih dari seribu.
3)        Kutipan tak langsung
              Dalam kutipan tak langsung biasanya inti atau sari pendapat itu yang dikemukakan. Sebab itu, kutipan tak langsug tidak boleh mempergunakan tanda kutip. Beberapa syarat harus diperhatikan untuk membuat kutipan tak langsung :
(a)     kutipan itu diintegrasikan dengan teks;
(b)     jarak antara baris dengan baris dua spasi;
(c)     kutipan tidak dapat diapit dengan tanda kutip;
(d)     sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan spasi ke atas, atau dalam kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.
Contoh :
                                                                                                                                    ...........                        
          Pertama-tama harus dibedakan dahulu atara kata ‘aksen’ dan ‘tekanan’. Dalam tata istilah ilmu bahasa ‘aksen’ tidak sama dengan ‘tekanan’. Aksen lebih luas maknanya daripada tekanan. Tata aksen dalam suatu bahasa memperbedakan suku-suku kata (yang sama bentuk foneiksegmentalnya) dengan jalan titinada, kontur lagu, jangka bunyi, dan tekanan. Dengan kata lain, tekanan itu hanya satu bagian dari kata aksen, di samping unsur titinada, kontur dan jangka. (Hockett, 1955:43-66).
                                                                                                                                   
          Kutipan tak langsung di atas merupakan inti sari dari uraian yang lebih panjang dalam tulisan Hockett.
4)        Kutipan pada catatan kaki
          Selain dari kutipan yang dimasukkan dalam teks seperti telah diuraikan di atas, (baik kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung), ada pula kutipan yang ditempatkan pada catatan kaki. Bila cara demikian yang dipergunakan, maka kutipan demikian selalu ditempatkan dalam spasi rapat, biarpun kutipan itu singkat saja. Demikan juga kutipan itu selalu dimasukkan dalam tanda kutip, dan dikutip seperti teks aslinya. Cara ini juga memudahkan pembaca untuk memeriksanya kembali.
Contoh :
                                                                                                                                   
Berbagai penyelidikan tentang akulturasi yang dilakukan oleh para sarjana ilmu antropologi-budaya bangsa Amerika memang telah menunjukkan bahwa penyelidikan-penyelidikan akan peristiwa perpaduan kebudayaan yang dipandang dari sudut kompleks-kompleks unsur-unsur yang khusus, telah memberi hasil yang memuaskan. Karena itu, Herskovits beranggapan bahwa pandangan serupa itulah pandangan yang paling berguna di dalam penyelidikan akulturasi.²
                                                                                                                                   
          Pada catatan kaki halaman yang sama, di bawah nomor urut penunjukkan 2, dapat dibaca sebuah kutipan langsung seperti di bawah ini :
________________
          ² Kata beliau : “However desirable studies of changes in whole culture my thus be, it seems mos advantageous in al practice for the student to analyse into its components the culture that has experienced contact … one can no more study ‘whole cultures’ than one take as the subject for a specific research project the human body in its entrety …” (M.J. Herskovits, 1948:536)
5)        Kutipan atas ucapan lisan
          Dalam karya-karya ilmiah atau tulisan-tulisan lainya, sering pula dibuat kutipan-kutipan atas ucapan-ucapan lisan, entah yang diberikan dalam ceramah-ceramah, kuliah-kuliah atau wawancara-wawancara sebenarnya kutipan atas sumber semacam ini sulit dipercaya, kecuali mungkin ucapan yang disampaikan seorang tokoh yang penting dalam suatu kesempatan yang luar biasa, serta dapat diikuti oleh masyarakat luas.
          Bila penulis ingin memasukkan juga kutipan semacam ini di dalam tulisannya, maka sebaiknya ia memperhatikan naskah kutipan itu terlebih dahulu kepada orang yang memberi keterangan itu untuk mendapatkan pengesahannya. Kalau ada kekurangan atau kesalahan dapat diadakan perbaikan terlebih dahulu oleh yang bersangkutan. Dengan demikian timbul bantahan atau hal-hal yang tidak diingikan kemudian hari.
          Sumber ucapan lisan itu tidak dapat dimasukkan langsung dalam teks, dapat pula dimasukkan dalam catatan kaki seandainya menganggu jalannya teks itu sendiri.
Contoh dengan cara yang pertama :
                                                                                                                                   
          Dalam menjawab Nota Keuangan & RAPBD Daerah Khusus Ibukota tahun 1973, tanggal 2 Februari 1973, Gubernur Ali Sadikin mengatakan antara lain : ”… Tetapi apabila kita jujur berkenan melihat persoalan itu pada perspektif yang lebih luas dan pada proporsi yang wajar, maka terlihat bahwa kepentingan umum memang benar menuntut adanya pengorbanan-pengorbanan …”
                                                                                                                                   
Contoh dengan cara yang kedua :
                                                                                                                                   
            Dalam usaha meremajakan Ibukota, Pemerintah DKI jaya selalu berusaha memperkecil pengorbanan. Pengorbanan inilah yang pada instansi pertama sering dirasakan membawa akibat yang kurang menyenangkan bagi sementara pihak yang terkena ketentuan itu.  Kepentingan umum akhirnya menuntut yang demikian, sebagaimana yang ditegaskan dengan kata-kata berikut : “…Tetapi apabila kita jujur berkenan melihat persoalan itu pada perspektif yang lebih luas dan pada proporsi yang wajar, maka terlihat bahwa kepentingan umum memang benar menuntut adanya pengorbanan-pengorbanan …”²
                                                                                                                                   
            Pada catatan kaki dengan nomor urut penujuk 2 dapat dibaca keterangan sebagai berikut :
_____________________________
            ² Gubernur Ali Sadikin, dalam menjawab Nota Keuangan RAPBD 1973, tanggal 2 Februari 193.

            Jadi, keterangan mengenai sumber dan kesempatan sumber itu di ucapkan dapat diintegrasikan dengan teks (cara pertama); dapat pula ditempatkan sebagai keterangan pada catatan kaki (cara kedua).

Tidak ada komentar: