BAB XIII
PENGUTIPAN
Sasaran Belajar
Setelah mempelajari materi bab ini, mahasiswa diharapkan mampu :
1.
Menjelaskan tujuan membuat
kutipan;
2.
menjelaskan cara-cara mengutip
berupa kutipan langsung dan kutipan tak langsung;
3.
menyebutkan beberapa prinsip
pengutipan;
4.
menjelaskan cara membuat
kutipan pada catatan kaki;
5.
melakukan pengutipan secara
baik dalam penulisan;
1.
Pendahuluan
Dalam penulisan-penulisan ilmiah,
baik penulisan artikel-artikel ilmiah, karya- karya tulis, maupun penulisan tugasi,
dan disertasi-disertasi sering kali dipergunakan kutipan-kutipan untuk
menegaskan isi uraian, atau untuk membuktikan apa yang dikatakan.
Kutipan adalah pinjaman kalimat
atau pendapat dari seorang pengarang, atau ucapan seseorang yang terkenal, baik
terdapat dalam buku-buku maupun majalah- majalah, dan surat kabar. Kutipan
juga dapat diambil dari sumber lisan, yaitu dari ucapan lisan seperti pidato
atau diskusi. Penulis cukup mengutip pendapat yang dianggapnya benar itu dengan
menyebutkan di mana pendapat itu dibaca atau didengarkannya, sehingga pembaca
dapat mencocokan kutipan itu dengan sumber aslinya.
Walaupun kutipan atas pendapat
seorang ahli itu diperkenalkan, tidaklah berarti bahwa sebuah tulisan seluruhnya
dapat terdiri dari kutipan-kutipan. Penulis harus bisa menahan dirinya untuk
tidak terlalu banyak menggunakan kutipan supaya karangannya jangan dianggap
sebagai suatu himpunan dari berbagai macam pendapat. Garis besar kerangka karangan,
serta kesimpulan-kesimpulan yang dibuat merupakan pendapat penulis sendiri.
Sebaikya kutipan-kutipan hanya berfungsi sebagai bahan untuk menunjang
pendapatnya itu.
Menurut jenisnya kutipan dapat
dibedakan atas kutipan langsung dan kutipan tidak langsung
(kutipan isi). Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil
secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat dari sebuah aslinya.
Sebaliknya kutipan tidak langsung
adalah pinjaman pendapat seorang pengarang atau tokoh terkenal berupa inti
sari atau ikhtisar dari pendapat tersebut.
Perbedaan antara kedua jenis kutipan
ini harus benar-benar diperhatikan karena akan membawa konsekuensi yang
berlainan bila dimasukkan dalam teks. Dalam hubungan ini cara mengambil
bahan-bahan dari buku-buku pada waktu mengumpulkan data akan sangat membantu.
Kutipan langsung harus dimasukkan dalam tanda kutip, sedangkan kutipan tak
langsung tidak dapat diapit oleh tanda kutip.
Dalam mengambil kutipan, hendaknya
kutipan itu jangan terlalu panjang, misalnya satu halaman atau lebih. Bila
demikian halnya, pembaca sering lupa bahwa apa yang dibacanya itu seluruhnya
merupakan kutipan. Sebaliknya kutipan
hendaknya diambil seperluya saja, sehingga tidak merusak atau tidak
menganggu uraian yang sebenarnya. Bila penulis menganggap perlu memasukkan
kutipan yang panjang, maka lebih baik memasukkannya dalam bagian apendiks
atau lampiran.
Selain kutipan yang di ambil dari
buku-buku atau majalah-majalah, ada pula kutipan yang di ambil dari penuturan
lisan. Penuturan lisan ini bisa terjadi melalui wawancara atau ceramah-ceramah.
Namun, kutipan semacam ini dalam karya-karya ilmiah akan kurang nilainya kalau
disajikan begitu saja. Agar nilainya lebih dapat dipertanggungjawabkan, maka
harus dimintakan pengesahaya lagi dari orang yang bersangkutan.
Prinsip-prinsip
Mengutip
Ada beberapa prinsip yang harus
diperhatikan oleh penulis pada waktu membuat kutipan, antara lain :
1)
Jangan mengadakan perubahan
Pada waktu mengadakan kutipan
langsung, pengarang tidak boleh mengubah kata-kata atau teknik dari teks
aslinya. Bila pengarang menganggap perlu untuk mengadakan perubahan tekniknya,
maka ia harus menyatakan atau memberi keterangan yang jelas bahwa telah
diadakan perubahan tertentu. Misalnya dalam naskah aslinya tidak ada kalimat
atau bagian kalimat yang diletakkan dalam huruf miring (kursif) atau digaris
bawahi, tetapi oleh pertimbangan penulis, kata-kata atau bagian kalimat
tertentu itu diberi huruf tebal, huruf miring, atau direnggangkan.
Pertimbangan untuk mengubah teknik itu bisa bermacam-macam : untuk memberi
aksentuasi (tekanan), contoh, pertentangan, dan sebagainya. Dalam hal yang
demikian, penulis harus memberi keterangan dalam tanda kurung segi empat […]
bahwa perubahan itu dibuat sendiri oleh penulis, dan tidak ada dalam teks
aslinya. Keterangan dalam tanda kurung segi empat itu, misalnya berbunyi
sebagai berikut : [huruf miring dari saya, penulis].
2)
Bila ada kesalahan
Bila dalam kutipan itu terdapat
kesalahan atau keganjilan, entah dalam persoalan atau dalam soal-soal
ketaabahasaan, penulis tidak boleh memperbaiki kesalahan-kesalahan itu. Ia
hanya mengutip sebagaimana adanya. Demikian pula halnya kalau penulis tidak
setuju dengan suatu bagian dari kutipan itu.
Dalam hal terakhir ini, kutipan
tetap dilakukan, hanya penulis diperkenankan mengadakan perbaikan atau catatan
terhadap kesalahan tersebut. Perbaikan atau catatan itu dapat ditempatkan dalam
tanda kurung segi empat […] seperti halnya dengan perubahan teknik seperti
telah kemukakan di atas. Catatan dalam tanda kurung segi empat itu langsung
ditempatkan dibelakang kata atau unsur yang hendak diperbaiki, diberi catatan,
atau yang disetujui itu. Misalnya kalau kita tidak setuju dengan bagian itu,
maka biasanya diberi catatan singkat [sic].
Kata sic yang ditempatkan dalam tanda kurung segi empat menujukkan bahwa
penulis tidak bertanggung jawab atas kesalahan itu, ia sekedar mengutip sesuai
dengan apa yang terdapat dalam naskah aslinya.
Contoh :
“Demikian juga dengan data bahasa yang lain dalam karya
tulis ini kami selalu berusaha mencari bentuk kata yang mendukung makan [sic]
sentral/distribusi yang terbanyak sebagai bahan dari daftar Swadesh.”
Kata makan dalam kutipan
di atas sebenarya salah cetak; seharusnya makna. Namun, dalam kutipan,
penulis tidak boleh langsung memperbaiki kesalahan itu. Ia harus memberi
catatan bahwa ada kesalahan dan ia sekedar mengutip sesuai aslinya. Untuk karya-karya
ilmiah penggunaan sic dalam tanda segi empat yang ditempatkan langsung
dibelakang kata atau bagian yang bersangkutan, dirasakan lebih mantap.
3)
Menghilangkan bagian kutipan
Dalam kutipan-kutipan
diperkenankan pula menghilangkan bagian- bagian tertentu dengan syarat bahwa
penglihatan bagian itu tidak boleh mengakibatkan perubahan makna aslinya atau
makna keseluruhannya. Penghilangan bagian itu biasanya dinyatakan dengan
mempergunakan tiga titik spasi (…). Jika unsur yang dihilangkan itu terdapat
pada akhir sebuah kalimat, maka ketiga titik berspasi itu ditambah sesudah
titik yang mengakhiri kalimat itu. Bila bagian yang dihilangkan itu terdiri
dari satu alinea atau lebih, maka biasanya dinyatakan dengan titik berspasi
sepanjang satu baris halaman. Bila ada tanda kutip, maka titik-titik itu baik
pada awal maupun pada akhir kutipan harus dimasukkan dalam tanda kutip sebab unsur
yang dihilangkan itu dianggap sebagai bagian dari kutipan.
Contoh
bagian kalimat yang dihilangkan :
Naskah asli
Demikian
pula nilai sosial kata harus sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat, antara lain apakah ada kata-kata yang tabu, sakral, atau yang
berkonotasi lain.
Kutipan
“Demikian
pula nilai sosial kata harus sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat, ….. .”
Contoh
bagian alinea yang dihilangkan :
Naskah asli
Kaidah
sosial berhubungan erat dengan persyaratan kesesuaian pemilihan kata. Kata yang
digunakan harus sesuai dengan kesempatan atau situasi yang dimasuki. Pada
situasi resmi (formal) digunakan kata-kata baku, sedangkan pada situasi tidak
resmi (nonformal) dapat digunakan kata-kata nonbaku. Situasi masyarakat
pendengar dan pembaca yang menjadi sasaran harus diperhatikan, baik umurnya,
golongannya, maupun pendidikannya.
Kutipan
“Kaidah
sosial berhubungan erat dengan persyaratan kesesuaian pemilihan kata. Kata yang
digunakan harus sesuai dengan kesempatan atau situasi yang dimasuki………….
Cara-cara mengutip
Perbedaan
antara kutipan langsung dan kutipan tidak langsung (kutipan isi) akan membawa
akibat yang berlainan pada saat memasukannya dalam teks. Begitu pula cara
membuat kutipan itu. Agar tiap-tiap jenis kutipan dapat dipahami dengan lebih
jelas, perhatikanlah cara-cara berikut :
1)
Kutipan langsung yang tidak
lebih dari empat baris
Sebuah kutipan langsung yang
panjangnya tidak lebih dati empat baris ketikan, akan dimasukkan dalam teks
dengan cara-cara sebagai berikut :
(a) kutipan itu
diintegrasikan langsung dalam teks;
(b) kutipan itu diapit
dengan tanda kutip;
(c) jarak antara baris
dengan baris dua spasi;
(d) sesudah kutipan selesai
diberi nomor urut penunjukkan setengah spasi ke atas, atau dalam tanda kurung
di tempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat
terdapat kutipan itu.
Contoh :
Arti detugasi dapat kita
lihat melalui batasan-batasan berikut : “Detugasi atau pemberian merupakan
sebuah bentuk yang bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan
perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan.”¹
Atau
:
Arti detugasi dapat kita lihat melalui
batasan-batasan berikut : “Detugasi atau pemberian merupakan sebuah bentuk yang
bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian-perincian dari
objek yang sedang dibicarakan” (Gorys, 1981 : 93).
2)
Kutipan langsung yang lebih
dari empat baris
Kutipan langsung yang panjangnya
lebih dari empat baris ketikan ditulis
dengan cara-cara berikut :
a)
Kutipan itu dipisahkan dari
teks dengan jarak dua setengah spasi;
b)
Jarak antara baris dengan baris
kutipan satu spasi;
c)
Kutipan itu dapat diapit atau tidak
dengan tanda kutip;
d)
Sesudah kutipan diberi nomor
urut penunjukan setengah spasi ke atas, atau ditempatkan dalam tanda kurung
nama sigkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan
itu;
e)
Seluruh kutipan dimasukkan ke
dalam 5-7 ketikan; bila kutipan itu dimulai dengan alinea baru, maka baris
pertama dari kutipan itu dimasukkan ke dalam lagi 5-7 ketikan.
Contoh :
...........
Terjemahan karya ilmiah
dalam bahasa Indonesia banyak yang tidak memuaskan karena para penterjemahan
(suatu aspek lingustik terapan yang telah menjadi disiplin ilmiah tersendiri).
Misalnya salah satu terjemahan buku
ilmiah pengetahuan popular diperkaitkan dengan :
“Suatu fikiran yang
telah tersebar dengan luas sekali di kalangan orang banyak yang menggambarkan
buku-buku sebagai benda-benda tak berjiwa, tidak effektif [sic!], serba damai
yang pada tempatya sekali berada dalam kelindungan-kelindungan sejak dan
ketenangan akademis dari biara-biara dan universitas-universitas dan tempat-tempat
pengasingan dari yang lain yang jauh dari dunia yang jahat dan matrealistis
ini.”¹ atau (Asrul Sani, 1959:7).
Kadang-kadang terjadi bahwa dalam
kutipan itu terdapat lagi kutipan. Dalam hal ini dapat ditempuh dua cara :
1)
Mempergunakan tanda kutip ganda
(”…”) bagi kutipan asli dan tanda kutip tunggal (’…’) bagi kutipan dalam
kutipan itu, atau sebaliknya;
2)
Bagi kutipan asli tidak
dipergunakan tanda kutip, sedangkan kutipan dalam kutipan itu mempergunakan
tanda kutip ganda.
Contoh :
Masih ada pendapat lain tentang
konflik itu. Untuk tidak salah tanggap, pembicara kutip di sini sepenggal
tanggapan MH. Rustandi Kartakusuma tentang apa itu sebenarnya yang disebut
Dramatik, dalam prakatanya dramanya : merah semua putih semua :
“Dramatik
timbul oleh pertentangan (konflik); pertentangan dengan alam atau Tuhan, dengan
diri sendiri, dengan manusia sesama, dengan lingkungan. Pertentangan
menimbulkan lakon, menimbulkan plot (alur) atau intrigue.
Akan
tetapi pertentangan sendiri dimungkinkan oleh apa? Apa sumber pertentangan?
Syahdan
sumber pertentangan adalah lain selain jiwa manusia. Jiwa manusia sebagai benda
logam yang berat bermuatan listrik. Bila bertemu dengan benda yang lain yang
berlistrik maka timbullah dramatik : ‘Sebelum kutarik handle ini dan electron
berloncatan dari kutub ke kutub ungu gelora panas-bangis . . .’
Jadi,
dasar dramatik yang paling dalam adalah kejiwaan manusia, ‘benda bermuatan
listrik’, yang voltasenya lebih dari seribu.
3)
Kutipan tak langsung
Dalam kutipan tak langsung
biasanya inti atau sari pendapat itu yang dikemukakan. Sebab itu, kutipan tak
langsug tidak boleh mempergunakan tanda kutip. Beberapa syarat harus
diperhatikan untuk membuat kutipan tak langsung :
(a) kutipan itu
diintegrasikan dengan teks;
(b) jarak antara baris
dengan baris dua spasi;
(c) kutipan tidak dapat
diapit dengan tanda kutip;
(d) sesudah kutipan selesai
diberi nomor urut penunjukan spasi ke atas, atau dalam kurung ditempatkan nama
singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.
Contoh :
...........
Pertama-tama harus dibedakan dahulu
atara kata ‘aksen’ dan ‘tekanan’. Dalam tata istilah ilmu bahasa ‘aksen’ tidak
sama dengan ‘tekanan’. Aksen lebih luas maknanya daripada tekanan. Tata aksen
dalam suatu bahasa memperbedakan suku-suku kata (yang sama bentuk foneiksegmentalnya)
dengan jalan titinada, kontur lagu, jangka bunyi, dan tekanan. Dengan kata
lain, tekanan itu hanya satu bagian dari kata aksen, di samping unsur titinada,
kontur dan jangka. (Hockett, 1955:43-66).
Kutipan tak langsung
di atas merupakan inti sari dari uraian yang lebih panjang dalam tulisan
Hockett.
4)
Kutipan pada catatan kaki
Selain dari kutipan
yang dimasukkan dalam teks seperti telah diuraikan di atas, (baik kutipan
langsung maupun kutipan tidak langsung), ada pula kutipan yang ditempatkan pada
catatan kaki. Bila cara demikian yang dipergunakan, maka kutipan demikian
selalu ditempatkan dalam spasi rapat, biarpun kutipan itu singkat saja. Demikan
juga kutipan itu selalu dimasukkan dalam tanda kutip, dan dikutip seperti teks
aslinya. Cara ini juga memudahkan pembaca untuk memeriksanya kembali.
Contoh :
Berbagai penyelidikan tentang akulturasi yang dilakukan oleh para
sarjana ilmu antropologi-budaya bangsa Amerika memang telah menunjukkan bahwa
penyelidikan-penyelidikan akan peristiwa perpaduan kebudayaan yang dipandang
dari sudut kompleks-kompleks unsur-unsur yang khusus, telah memberi hasil yang
memuaskan. Karena itu, Herskovits beranggapan bahwa pandangan serupa itulah
pandangan yang paling berguna di dalam penyelidikan akulturasi.²
Pada catatan kaki
halaman yang sama, di bawah nomor urut penunjukkan 2, dapat dibaca sebuah
kutipan langsung seperti di bawah ini :
________________
² Kata beliau :
“However desirable studies of changes in whole culture my thus be, it seems mos
advantageous in al practice for the student to analyse into its components the
culture that has experienced contact … one can no more study ‘whole cultures’
than one take as the subject for a specific research project the human body in
its entrety …” (M.J. Herskovits, 1948:536)
5)
Kutipan atas ucapan lisan
Dalam karya-karya
ilmiah atau tulisan-tulisan lainya, sering pula dibuat kutipan-kutipan atas
ucapan-ucapan lisan, entah yang diberikan dalam ceramah-ceramah, kuliah-kuliah
atau wawancara-wawancara sebenarnya kutipan atas sumber semacam ini sulit
dipercaya, kecuali mungkin ucapan yang disampaikan seorang tokoh yang penting
dalam suatu kesempatan yang luar biasa, serta dapat diikuti oleh masyarakat
luas.
Bila penulis ingin
memasukkan juga kutipan semacam ini di dalam tulisannya, maka sebaiknya ia
memperhatikan naskah kutipan itu terlebih dahulu kepada orang yang memberi
keterangan itu untuk mendapatkan pengesahannya. Kalau ada kekurangan atau
kesalahan dapat diadakan perbaikan terlebih dahulu oleh yang bersangkutan.
Dengan demikian timbul bantahan atau hal-hal yang tidak diingikan kemudian
hari.
Sumber ucapan lisan
itu tidak dapat dimasukkan langsung dalam teks, dapat pula dimasukkan dalam
catatan kaki seandainya menganggu jalannya teks itu sendiri.
Contoh dengan cara yang pertama :
Dalam menjawab Nota
Keuangan & RAPBD Daerah Khusus Ibukota tahun 1973, tanggal 2 Februari 1973,
Gubernur Ali Sadikin mengatakan antara lain : ”… Tetapi apabila kita jujur
berkenan melihat persoalan itu pada perspektif yang lebih luas dan pada
proporsi yang wajar, maka terlihat bahwa kepentingan umum memang benar menuntut
adanya pengorbanan-pengorbanan …”
Contoh dengan cara yang kedua :
Dalam usaha
meremajakan Ibukota, Pemerintah DKI jaya selalu berusaha memperkecil
pengorbanan. Pengorbanan inilah yang pada instansi pertama sering dirasakan
membawa akibat yang kurang menyenangkan bagi sementara pihak yang terkena
ketentuan itu. Kepentingan umum akhirnya
menuntut yang demikian, sebagaimana yang ditegaskan dengan kata-kata berikut :
“…Tetapi apabila kita jujur berkenan melihat persoalan itu pada perspektif yang
lebih luas dan pada proporsi yang wajar, maka terlihat bahwa kepentingan umum
memang benar menuntut adanya pengorbanan-pengorbanan …”²
Pada catatan kaki
dengan nomor urut penujuk 2 dapat dibaca keterangan sebagai berikut :
_____________________________
² Gubernur Ali
Sadikin, dalam menjawab Nota Keuangan RAPBD 1973, tanggal 2 Februari 193.
Jadi, keterangan
mengenai sumber dan kesempatan sumber itu di ucapkan dapat diintegrasikan
dengan teks (cara pertama); dapat pula ditempatkan sebagai keterangan pada
catatan kaki (cara kedua).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar